Para Buya dan dai itu mendatangi kantor tim daerah pasangan Capres-Cawapres. Mungkin salah satu alasannya karena mereka sudah melihat siapa yang akan memenangkan kontestasi lima tahunan ini. Tak mungkin rasanya Sumbar akan kembali ‘tagak di nan kalah’ seperti dua Pilpres sebelumnya. Yang membuat pembangunan Sumbar sedikit melambat dari daerah-daerah lain.
Mencermati hal ini, tak menutup kemungkinan dukungan-dukungan lain akan mengalir kepada kandidat yang peluang menangnya sangat besar. Sangat cocok pepatah di atas yang kalau diartikan ke Bahasa Indonesia artinya “Melihat tuah kepada yang menang, mengambil contoh kepada yang sudah terjadi.” Meski kalau dikaitkan dengan Pilpres, sebenarnya belum ada yang benar-benar menang.
Karena yang dirilis itu baru hasil survei dari berbagai lembaga kredibel. Mungkin karena jaraknya yang lumayan jauh, bisa dua kali lipat, membuat masyarakat Sumbar berpikir ulang. Apalagi kalau disimulasikan dua putaran, hanya akan mempertegas kemenangan pasangan calon tadi. Tak ada peluang menang bagi dia kandidat lainnya dan salah satunya katanya dicintai masyarakat Sumbar.
Dalam beberapa literasi, arti pepatah itu adalah, jika kita ingin sukses maka harus belajar dari para pemenang. Karena para pemenang tersebut pasti telah melalui proses yang benar, teratur, terstruktur dan terukur. Bisa dikaitkan dengan Pilpres 2024 ini. Apakah kita akan masih tetap akan memilih yang akan kalah, kalau sudah begitu nyata terlihat kemenangan besar dari salah satu Paslon.
Bagaimana akan mengambil tuah dari yang memang ketika kita masih berdiri di pihak yang kalah. Minimal pihak yang tak ada tanda-tanda kemenangannya. Sangat amat jarang survei meleset kalau jaraknya jauh dari margin of eror survei di kisaran 2,5 persen saja. Sementara rentangnya mencapai 30 persen. Kemenangan seperti apa yang diharapkan dari calon dengan angka persentase elektabilitas yang sangat jauh di bawah.
Untuk kalimat “maambiak contoh ka nan sudah” bisa diartikan jika ingin sukses tirulah kiat-kiat yang selalu dilakukan oleh orang-orang yang sukses di bidangnya. Ambil kiat-kiat yang dipakai sebagai strategi untuk keluar dari masalah yang datang atau akan muncul. Aneh rasanya kita tak belajar dari kesalahan masa lalu, terutama Pilpres 2019. Jangan lagi kita menegakkan benang basah. Tak ada yang mau kalah kan.
Pesan dari Minangkabau ini mungkin sedikit dipaksakan. Kalau dibawa-bawa pada Pilpres 2024. Tapi siapa lagi yang mau berdiri di pihak yang kalah. Apalagi sudah beberapa kali Sumbar ada di pihak yang kalah. Tapi sekarang, pihak itu punya peluang besar menang.
Seperti kata Jenderal dan penulis dari Tiongkok Sun Tzu, “Dalam sebuah peperangan, seorang jenderal yang menang hanya akan bertempur setelah memastikan sudah mendapatkan kemenangan. Sedangkan dia yang ditakdirkan untuk kalah adalah yang bertempur dahulu dan baru kemudian mencari kemenangan.” Kalau kita baca-baca sejarah dan apa yang terjadi, terserah kitalah mau pilih yang menang atau kalah. (Wartawan Utama)