Antiklimaks Anies di Sumbar

image description

Oleh: Reviandi

Calon Presiden nomor urut 1 Anies Baswedan disebut sebagai calon yang akan mendominasi suara masyarakat Sumatra Barat (Sumbar) pada Pilpres 2024. Bahkan, ada yang mengaku bisa mengalahkan raihan suara Prabowo Subianto di Sumbar 2019 yang mencapai 86 persen.

Awal-awal pencalonan, ada yang merasa yakin tetap mendapatkan 80 persen suara Sumbar, meski Prabowo masih mencalonkan diri. Semua ditunjukkan dalam berbagai kegiatan dan media sosial para pendukung fanatik Anies. Yang saat itu baru menyelesaikan jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta yang langsung dideklarasikan Partai NasDem sebagai bakal calon Presiden.

Beberapa kali ke Sumbar, Anies tidak mendapatkan simpati dan dukungan penuh. Bahkan cenderung biasa saja, dan tidak mendapatkan hype yang selama ini didengungkan. Baik sebelum deklarasi, maupun setelah deklarasi. Terakhir, acara Anies di Tanahdatar dan Kota Solok tak menggambarkan dukungan maksimal dan mayoritas itu.

Puncaknya, saat jadwal kampanye akbar di Sumbar, kedigdayaan itu seperti tak terlihat. Kampanye Kamis (25/1/2024) di lapangan parkir GOR H Agus Salim Padang, terlihat kurang cetar membahana. Awalnya, acara dikabarkan panitia berlangsung pukul 07.30-10.00 WIB. Tapi informasi itu bergeser dimulai sekitar pukul 09.00 WIB.

Antusias warga terhadap Anies tak begitu kentara. Bahkan foto-foto acara banyak beredar jelang pukul 12.00 WIB. Para pendukung Anies ternyata masih kalah jauh dengan suporter Semen Padang FC yang tumpah ruah saat Kabau Sirah berlaga di GHAS. Tiket terjual saja bisa mencapai 12 ribuan, belum lagi yang di luar dan tidak bayar tiket. Bisa-bisa, saat Semen Padang berlaga home, 20 ribuan orang ada di GOR.

Tapi saat kampanye, hanya berkumpul “segelintir” saja di salah satu sudut lapangan parkir. Tak seperti harapan banyak pendukungnya di media sosial yang mengatakan akan memenuhi Padang dengan pendukung Anies. Akan memenangkan Anies dengan presentasi 80 persen pada Pemilu 2024.

Sampai akhir kampanye pun, tak ada perubahan berarti pendukung Anies yang datang. Diperkirakan, yang datang itu hanya di sekitaran 5000-an saja. Jumlah yang tak sebanding dengan harapan-harapan selama ini. Yang akan menghadirkan puluhan atau ratusan ribu massa pada kampanye akbar. Yang akan mengalahkan kampanye akbar Prabowo Subianto di Pantai Padang pada 2019 lalu. Yang membuat puluhan ribu orang memadati lokasi sampai di bibir pantai.

Sebenarnya, pemilihan lokasi kampanye Anies telah menyiratkan bagaimana ada kekhawatiran tidak ramainya massa. Karena lokasi yang sama biasanya hanya dipakai untuk kampanye Pilkada Padang atau Pilgub Sumbar. Yang tidak akan bisa menampung pengunjung atau peserta kampanye mencapai puluhan ribu. Tapi tetap akan terlihat ramai karena terkonsentrasi pada satu titik atau sudut lapangan saja.

Tanda-tanda lainnya, jelang kedatangan Anies tak begitu banyak spanduk atau baliho selamat datang terpasang dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sampai ke GOR. Di sepanjang jalur bandara, Jalan Adinegoro, Jalan Hamka, Khatib Sulaiman atau S Parman juga tak banyak tepasang bendera partai pengusung.

Tak terlihat “kekompakan” partai yang menjadikan Anies calon Presiden. Bendera PKS terlihat lebih dominan, tapi jumlahnya tak sebanyak agenda-agenda sebelumnya. Bendera partai NasDem juga tak banyak. Bahkan bendera PKB sepertinya juga tak begitu terlihat. Sedikit-sedikit sudut kota juga nampak bendera hitam Partai Ummat. Tapi, di banding kampanye umum, kali ini Anies terlihat seperi hanya diusung oleh satu partai yang dominan saja.

Terlepas dari berapa jumlah sebenarnya, Anies tetap Anies yang begitu pandai berkata-kata. Capres dengan tagline perubahan tapi dua dari tiga partai pengusungnya berada di pemerintahan itu begitu pandai menghipnotis masyarakat. Anies dengan lantang memuji semua peserta yang hadir di tengah teriknya matahari pada pukul 12.00 WIB. Karena dia harus kembali terbang ke Palembang, Sumatra Selatan (Sumsel).

Anies Baswedan optimistis gagasan perubahan semakin menguat dan dibutuhkan untuk Indonesia. Katanya, orang Minang itu selalu berada di dalam barisan progresif. “Karena itulah, kami makin merasa optimis gagasan perubahan yang kami dorong makin kuat, memang semakin dibutuhkan di Indonesia,” katanya.

Anies menyebut, dengan semangat perubahan yang ia bawa, Indonesia akan kembali memiliki marwah dan hukum yang tegak tanpa pandang bulu. Dia menyebut hukum di Indonesia sudah seharusnya tak diatur sesuai selera penguasa, tetapi hukum lah yang harus mengatur penguasa.

Anies yakin, gagasan tersebut bisa diterima dengan baik oleh masyarakat Minang, karena pertimbangan tokoh bangsa yang banyak lahir dari tanah tersebut. “Putra putri Minang adalah pendiri republik ini. Mereka memiliki integritas yang tinggi dalam menjaga aturan ‘main’. Sehingga republik ini bukan untuk keluarganya, tetapi seluruh masyarakat Indonesia. Karena itulah, saya bersyukur hari ini bisa sampai di Padang, tempat yang berhasil memunculkan pribadi-pribadi hebat sejak masa awal republik,” katanya.

Ketua Tim Pemenangan Anies-Muhaimin Sumbar Rahmat Saleh mengatakan, yang datang sangat ramai. Bahkan ada yang dari Dharmasraya dan daerah jauh lainnya. Harus menginap terlebih dahulu di Padang. Rahmat tetap optimis Anies mendapatkan 80 persen suara. Meski beberapa hari sebelumnya ada survei yang dirilis, Anies-Imin dikalahkan oleh Prabowo-Gibran di Sumbar.

Sekarang waktu tak begitu banyak lagi. Mengubah pilihan masyarakat mungkin tak akan keburu lagi, tapi memagari yang sudah ada harus dilakukan. Tapi, isu perubahan adalah sebuah hal yang harusnya bisa dijual oleh Anies. Meski dinamika internal koalisi mungkin saja tak seirama.

Seperti yang pernah disampaikan mantan Presiden Amerika Setimat Barack Obama. “Perubahan tidak akan datang jika kita menunggu seseorang atau waktu yang lain. Kita adalah orang yang kita tunggu. Kita adalah perubahan yang kita cari.” Sekali lagi, berbeda itu biasa. Tapi kebersamaan dan kekeluargaan itu selamanya. Politik sekenanya, persaudaraan selebihnya. (Wartawan Utama)

Exit mobile version