Kita dapat menilai apakah strategi kampanye Anies di Sumbar dapat membuat tingkat surveinya semakin tinggi. Faktor lokal dan keistimewaan daerah yang dipilihnya untuk kunjungan, yaitu Tanahdatar dan Kota Solok, menunjukkan pemahaman yang baik akan dinamika masyarakat Sumbar.
Melalui kunjungan ini, Anies berusaha membangun kedekatan lebih dengan masyarakat Sumbar, yang telah terjalin sejak kunjungan-kunjungan sebelumnya. Meskipun baru perdana datang sebagai Capres, Anies memiliki riwayat kunjungan yang memperkuat ikatan dengan Sumbar.
Dalam perspektif lebih luas, Sumbar tetap menjadi salah satu fokus pembangunan nasional. Meskipun beberapa proyek mengalami hambatan, termasuk masalah internal seperti pembebasan tanah, Sumbar masih dianggap sebagai prioritas pembangunan.
Anies sendiri mengakui bahwa Sumbar adalah daerah yang dia harapkan. Namun berat secara nasional, dengan rata-rata lembaga survei menempatkannya di posisi terakhir. Posisi ini membuatnya rawan tidak masuk putaran kedua, jika pemenang tidak mampu memimpin di atas 50 persen suara pada putaran pertama.
Dengan langkah realistis, Anies tidak mengincar kemenangan satu putaran, tetapi lebih fokus untuk memastikan maju ke putaran kedua. Dia meyakinkan memiliki ilmu dan strategi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan begitu, kunjungan Anies di Sumbar tidak hanya menjadi sorotan politik lokal tetapi juga mencerminkan dinamika perhelatan politik nasional yang memerlukan strategi adaptif dan pemahaman mendalam terhadap karakteristik setiap daerah.
Anies mungkin paham, perantau Sumbar atau Minang itu banyak. Datang ke Sumbar, bisa membuat “agen-agen” perantau membantunya juga sukses di daerah-daerah perantauan orang Minang. Karena berbagai survei mengatakan Anies adalah pilihan utama suku Minang di Indonesia. Bukan di Sumbar saja.
Apapun itu, Anies adalah calon pemimpin kita. Menang atau kalah, dia sudah sampai di titik di mana selangkah lagi menjadi Presiden. Buya HAMKA pernah berkata, “Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang memberikan inspirasi, bukan intimidasi; yang memimpin dengan hati nurani, bukan kekuasaan semata.” Anies mungkin bagi sebagian orang bisa mewakili ini. Setidaknya dia pernah jadi Gubernur DKI Jakarta, terlepas sukses atau tidak dan pro-kontranya. (Wartawan Utama)