Berat Dua Kursi PAN DPR RI Dapil Sumbar I

image description

Oleh: Reviandi

PEMILU 2019 menjadi sejarah yang akan sulit diulang oleh Partai Amanat Nasional (PAN) di masa mendatang di daerah pemilihan (Dapil) Sumbar I DPR RI. Saat itu, PAN berjaya dengan mengantarkan dua kadernya ke Senayan, Athari Gauthi Ardi dan HM Asli Chaidir. Tapi, 2024 sepertinya akan sulit bagi partai yang identik dengan warna biru dan logo matahari bersinar itu.

Pemilu ini PAN masih setia mengusung Prabowo Subianto sebagai calon Presiden, yang pasti menguntungkan mereka dalam menggaet suara masyarakat. Meski disebut, kali ini suara Prabowo akan sedikit tergerus dengan kehadiran Capres Anies Baswedan. Namun, bagi PAN, kader yang diajukan di Dapil ini tak ‘segarang’ sebelumnya. Dari dua incumbent, hanya satu yang kembali maju.

Incumbent PAN berada di nomor urut I, Athari Gauthi Ardi yang pada 2019 lalu mendapatkan 82.982 suara. Dia hanya kalah dari Andre Rosiade dari Partai Gerindra yang mendapatkan lebih dari 130 ribu suara. Meledaknya suara Athari, nyaris menjungkalkan incumbent saat itu Asli Chaidir yang ‘hanya’ mendapatkan 70.057 suara. Beruntung, PAN seperti Gerindra, punya kursi kedua.

Athari, dengan ayahnya Epyardi Asda yang memenangkan Pil­kada Kabupaten Solok 2020 tentu akan lebih kuat. Selain menjadi in­cumbent, dia juga memiliki tambahan kekuatan dari ayah yang me­rupakan seorang Bupati Solok. Dengan begitu, Athari hampir di­pastikan akan kembali mendapatkan kursi pertama PAN dari Dapil ini.

Athari juga bukan kaleng-kaleng saat menjadi wakil rakyat. Berada di Komisi V, dia cukup bergerak menyalurkan program-program nasional ke Sumbar. Seperti bedah rumah yang mendapat sambutan hangat warga. Juga sejumlah program yang terkait dengan komisi yang membidangi infrastruktur, perhubungan dan pembangunan itu.

Meski Athari bisa kembali mendapatkan suara yang kurang lebih sama degan 2019, belum tentu dengan nomor urut 2 atas nama Dean Asli Chaidir. Ya, namanya ada Asli Chaidir, karena dia anaknya. Adik dari Wali Kota Padang Hendri Septa. Pastinya, Dean bukanlah Asli Chaidir yang sudah puluhan tahun merawat konstituen sejak dari pengurus PAN Kota Padang, Anggota DPRD Sumbar, Wakil Ketua DPRD Sumbar, sampai dua periode menjadi anggota DPR RI dari PAN.

Dean adalah orang yang berbeda, karena baru diterjunkan ke dunia politik. Privilege atau hak istimewanya sebagai Caleg memang akan membantu, tapi apakah bisa menyamai suara Asli Chaidir 2019 belum tentu. Dean harus berjuang sendiri, melepaskan genetik incumbent, tapi tetap berada di jalur jaringan yang sama. Karena waktu yang singkat, tak akan cukup kuat baginya untuk benar-benar menjadi diri sendiri.

Salah satu yang membuat PAN diragukan kembali men­dapatkan dua kursi adalah hilangnya Shadiq Pasadigoe yang hijrah ke NasDem. 2019, mantan Bupati Tanahdatar dua periode ini mendapatkan sekitar 60 ribu suara yang tentunya sangat berpengaruh terhadap munculnya kursi kedua. Tapi, apakah mantan wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Hariansyah di nomor urut 3 bisa menjadi pengganti sepadan, kita lihat saja.

Rudi, adalah mantan kepala cabang PT Kimia Farma Sumbar, sebuah BUMN. 2020 dia meninggalkan kenyamanan dan bertarung menjadi wakil Bupati Pessel mendampingi Rusma Yul Anwar. Koalisi Rusma Gerindra dan Rudi PAN hari itu berhasil mengalahkan incumbent Hendrajoni-Hamdanus. Tapi, terbatas­nya gerak sebagai wakil, membuat Rudi kembali bertarung di dunia politik menuju DPR.

Dengan basis suara dari Pessel yang hampir 300 ribu pemilih, Rudi tak bisa dianggap remeh. Meski ada dua incumbent dari Pessel, Darizal Basir dari Demokrat dan Lisda Hendrajoni dari NasDem, Rudi diperkirakan masih bisa bersaing. Walau masih ada anggota DPD RI 2019-2024 Alirman Sori yang mencoba peruntungan ke DPR melalui Partai Golkar.

Nomor urut 4 ada mantan Ketua KADIN Sumbar Asnawi Bahar menjadi kuda hitam. Beberapa kali turun ke gelanggang politik, baik Pilwako Padang 2013, calon DPD RI 2019, belum mengantarkannya duduk. Namun, kali ini Asnawi maju dari PAN dan disebut punya peluang. Karena pengalaman segudangnya menjadi ketua sejumlah organisasi.

Asnawi Bahar tentu berharap mendapatkan basis di Kota Padang, kota dia tinggal dan membangun banyak usaha di bidang energi. Tapi tentu tak mudah, karena kota ini sudah ada kader partai politik lainnya. Asnawi harus lebih gigih lagi merangkul massa, memasang alat peraga dan lainnya. Kalau tidak, kegagalan lain akan menghampirinya pula.

Nomor urut 5 juga diisi mantan Wakil Bupati Dharmasraya Amrizal Dt Rajo Medan. Dia sudah move on, setelah gagal maju dalam Pilkada Dharmasraya 2020 yang hanya mengadu incumbent Sutan Rizak melawan Panji Mursyidan. Amrizal tidak kebagian partai, karena sudah diborong mantan tandemnya dan juga pendatang baru. Kini, Amrizal berjuang menjadi calon anggota DPR RI, pastinya dengan harapan mendapatkan suara banyak dari Dharmasraya.

Agak berat juga bagi Amrizal, karena dia sudah hampir empat tahun tak terlibat lagi dalam politik. PAN juga menjadi barang baru baginya, karena selama ini identic dengan Partai Hanura atau Partai Golkar. Tapi, sebagia orang yang punya basis massa di Pulau Punjung, Dharmasraya, Amrizal mungkin bisa sedikit berbuat lebih banyak untuk mendapatkan suara.

Dengan lima petarung di atas, PAN memang akan kesulitan kembali mendapatkan dua kursi. Karena, nomor urut 6 Andi Tridesliana, Caleg perempuan yang sebenarnya belum begitu dikenal di Sumbar. Namanya sempat mencuat saat pengumuman daftar calon sementara (DCS), karena mengisi nomor urut 1. Sementara incumbent Athari di nomor 5.

Banyak yang bertanya-tanya, siapakah dia. Dari informasi di laman KPU, Andi berusia 31 tahun dan tinggal di DKI Jakarta, tepatnya di Cilandak Jakarta Selatan. Nama lain yang juga belum begitu dikenal adalah nomor urut 7 Tati Lukman yang diketahui tinggal di Lubukbegalung Padang. Sebelumnya dia pernah bekerja di BUMN bidang telekomunikasi. Pada DCS, nama Tati tidak muncul.

Sementara pemegang nomor urut 8 adalah Banta Tjut Isya yang saat DPC ada di nomor urut 3. Lelaki 39 tahun ini diketahui tinggal di Jakarta Timur, DKI Jakarta. Agak berat memang, tiga nomor urut terakhri untuk menbantu PAN meraih kembali jumlah kuris yang sama. Namun, PAN tentu sudah menghitung-hitung, meski tanpa nama besar yang sudah dikenal, pasti akan ada jalan.

Banyak yang memperkirakan, PAN akan kehilangan kursi, karena satu kursi akan berpindah ke Partai NasDem. Diperkirakan, Gerindra dan NasDem akan mendapatkan dua kursi masing-masing. Karenya punya Caleg kuat dan juga memiliki basis yang merata. Ada dua nama yang hilang dari DCS ke DCR PAN di Dapil ini, yaitu Mu Nadrika, Tommy Hidayat dan Nursirwan. Digantikan Rudi Hariansyah, Amrizal dan Tati. Bayangkan kalau PAN tak menggantinya, bisa-bisa satu kursi yang hanya mereka perjuangkan.

PAN adalah partai yang pernah merajai Sumbar saat era reformasi. Amien Rais menjadi bapak reformasi yang mendapatkan banyak suara di Sumbar. Baik sebagai pendiri PAN, juga sebagai calon Presiden 2004. Tapi sayang, dari waktu ke waktu PAN harus terus tergerus suaranya. Mungkin, 2024, 20 tahun sejak era jayanya PAN, Sumbar akan kembali berpihak.

PAN sejak awal berdirinya selalu mewarnai Pemilu Indonesia. Karena seperti kata pendirinya, Amien Rais,” “Perjuangan untuk keadilan tidak boleh berhenti, dan keadilan yang sejati hanya dapat dicapai melalui kebenaran.” Mereka yang masih ada di PAN tentu sadar hal ini. Dan menerapkannya pada Pemilu. (Wartawan Utama)

Exit mobile version