Nomor urut 4 ada mantan Ketua KADIN Sumbar Asnawi Bahar menjadi kuda hitam. Beberapa kali turun ke gelanggang politik, baik Pilwako Padang 2013, calon DPD RI 2019, belum mengantarkannya duduk. Namun, kali ini Asnawi maju dari PAN dan disebut punya peluang. Karena pengalaman segudangnya menjadi ketua sejumlah organisasi.
Asnawi Bahar tentu berharap mendapatkan basis di Kota Padang, kota dia tinggal dan membangun banyak usaha di bidang energi. Tapi tentu tak mudah, karena kota ini sudah ada kader partai politik lainnya. Asnawi harus lebih gigih lagi merangkul massa, memasang alat peraga dan lainnya. Kalau tidak, kegagalan lain akan menghampirinya pula.
Nomor urut 5 juga diisi mantan Wakil Bupati Dharmasraya Amrizal Dt Rajo Medan. Dia sudah move on, setelah gagal maju dalam Pilkada Dharmasraya 2020 yang hanya mengadu incumbent Sutan Rizak melawan Panji Mursyidan. Amrizal tidak kebagian partai, karena sudah diborong mantan tandemnya dan juga pendatang baru. Kini, Amrizal berjuang menjadi calon anggota DPR RI, pastinya dengan harapan mendapatkan suara banyak dari Dharmasraya.
Agak berat juga bagi Amrizal, karena dia sudah hampir empat tahun tak terlibat lagi dalam politik. PAN juga menjadi barang baru baginya, karena selama ini identic dengan Partai Hanura atau Partai Golkar. Tapi, sebagia orang yang punya basis massa di Pulau Punjung, Dharmasraya, Amrizal mungkin bisa sedikit berbuat lebih banyak untuk mendapatkan suara.
Dengan lima petarung di atas, PAN memang akan kesulitan kembali mendapatkan dua kursi. Karena, nomor urut 6 Andi Tridesliana, Caleg perempuan yang sebenarnya belum begitu dikenal di Sumbar. Namanya sempat mencuat saat pengumuman daftar calon sementara (DCS), karena mengisi nomor urut 1. Sementara incumbent Athari di nomor 5.
Banyak yang bertanya-tanya, siapakah dia. Dari informasi di laman KPU, Andi berusia 31 tahun dan tinggal di DKI Jakarta, tepatnya di Cilandak Jakarta Selatan. Nama lain yang juga belum begitu dikenal adalah nomor urut 7 Tati Lukman yang diketahui tinggal di Lubukbegalung Padang. Sebelumnya dia pernah bekerja di BUMN bidang telekomunikasi. Pada DCS, nama Tati tidak muncul.
Sementara pemegang nomor urut 8 adalah Banta Tjut Isya yang saat DPC ada di nomor urut 3. Lelaki 39 tahun ini diketahui tinggal di Jakarta Timur, DKI Jakarta. Agak berat memang, tiga nomor urut terakhri untuk menbantu PAN meraih kembali jumlah kuris yang sama. Namun, PAN tentu sudah menghitung-hitung, meski tanpa nama besar yang sudah dikenal, pasti akan ada jalan.
Banyak yang memperkirakan, PAN akan kehilangan kursi, karena satu kursi akan berpindah ke Partai NasDem. Diperkirakan, Gerindra dan NasDem akan mendapatkan dua kursi masing-masing. Karenya punya Caleg kuat dan juga memiliki basis yang merata. Ada dua nama yang hilang dari DCS ke DCR PAN di Dapil ini, yaitu Mu Nadrika, Tommy Hidayat dan Nursirwan. Digantikan Rudi Hariansyah, Amrizal dan Tati. Bayangkan kalau PAN tak menggantinya, bisa-bisa satu kursi yang hanya mereka perjuangkan.
PAN adalah partai yang pernah merajai Sumbar saat era reformasi. Amien Rais menjadi bapak reformasi yang mendapatkan banyak suara di Sumbar. Baik sebagai pendiri PAN, juga sebagai calon Presiden 2004. Tapi sayang, dari waktu ke waktu PAN harus terus tergerus suaranya. Mungkin, 2024, 20 tahun sejak era jayanya PAN, Sumbar akan kembali berpihak.
PAN sejak awal berdirinya selalu mewarnai Pemilu Indonesia. Karena seperti kata pendirinya, Amien Rais,” “Perjuangan untuk keadilan tidak boleh berhenti, dan keadilan yang sejati hanya dapat dicapai melalui kebenaran.” Mereka yang masih ada di PAN tentu sadar hal ini. Dan menerapkannya pada Pemilu. (Wartawan Utama)