”GBK sudah merah. Semua datang dari berbagai daerah dengan satu tujuan mendukung kami. Saya minta maaf, karena tak bisa membawa Piala Jenderal Sudirman.”
Kalimat itu disampaikan langsung oleh pelatih kepala Semen Padang FC Nilmaizar, dalam sesi jumpa pers usai laga final Piala Jenderal Sudirman melawan Mitra Kukar. “Dengan kekalahan di final ini, tapi mereka (suporter) tidak pernah lelah mendukung Semen Padang. Terima kasih,” imbuh pelatih asal Payakumbuh ini.
Nilmaizar mungkin saja bersedih, sama seperti yang dirasakan puluhan ribu suporter Kabau Sirah yang mendukung penuh di Stadion Utama Gelora Bung Karna (SUGBK). Nyanyian, teriakan, serta chant–chant tiada henti disuarakan oleh pendukung setia anak-anak Bukik Karang Putih Indarung itu. SUGBK sudah merah malam itu. Hengky Ardiles dkk seperti bermain di Stadion GOR H Agus Salim saja.
Namun, dukungan itu tak cukup membuat Semen Padang naik ke podium utama dan membawa pulang Piala Jenderal Sudirman. Gol di menit akhir laga oleh Yogi Rahadian membuat suporter, serta official tertunduk. Tak ada keajaiban lagi tersisa hingga pluit berakhir. Tim Naga Mekes yang berpesta. Hujan yang mengguyur GBK malam itu seakan ikut larut dalam kesedihan Nur Iskandar, Hengki Ardiles serta Yu Hyun Koo yang nampak terpukul di bench.
Nil mengakui secara permainan timnya mendapatkan tekanan di babak kedua. Terlebih, setelah gelandang asal Korea Selatan, Yu Hyun-Koo, dikartu merah wasit Thoriq Alkatiri dan bek Novan Setya Sasongko yang terpaksa harus diganti karena mengalami cedera.
Meski demikian mantan pelatih Timnas Indonesia ini tidak menjadikan kartu merah pemain Korea Selatan (babak pertama) dan cederanya Novan Sasangko di babak kedua sebagai alasan utama Kabau Sirah menderita kekalahan. Dengan kesatria dia menyebut, jika dibabak kedua timnya ditekan, karena kehilangan Yu serta cederanya Novan. Keluarnya Novan yang menjadi kunci utama.
”Stok bek kiri sudah habis, Ricky Ohorella baru sembuh dari cedera, dia tidak main selama dua bulan. Situasional, karena Hyu kena kartu menit 51. Mereka punya kelebihan pemain, wajar bahwa mereka main menyerang,” ungkap pelatih kelahiran 2 Januari 1970 ini.
”Maka itu kami bermain rapat dengan 4-4-1, tapi kehilangan Novan (karena cedera) itu yang krusial. (Dua gol Mitra dari sisi kiri). Counter attack dari sisi kiri dan kanan,” tutur Nil.
Nil berharap dengan kekalahan ini skuatnya bisa menerima dengan sabar dan berbesar hati. Secara khusus, ia memberikan apresiasi kepada pemainnya yang sudah berjuang keras hingga pluit akhir pertandingan di partai final ini.
Di samping itu, Nil mengungkapkan harapannya akan kompetisi di Indonesia selepas Piala Jenderal Sudirman. Kompetisi reguler diharapkan segera diputar. ”Saya ingin kompetisi yang terukur, terprogram. Dari pada turnamen yang hanya setitik air pelepas dahaga. Penting bagi pemain untuk berkompetisi. Mereka mempunyai kontrak yang jelas,” ungkap Nil. (ren/o)
Komentar