LIMAPULUH KOTA, METRO–Sejumlah petani di Jorong Sipatai, Nagari Taram, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, mengeluhkan harga Pupuk yang masih mahal, sehingga tanaman mereka, terutama Cabai terancam gagal panen akibat kurang diberi pupuk. Tidak hanya mengeluhkan harga pupuk Non Subsidi yang mahal, petani juga mengeluhkan harga pestisida yang juga mahal.
Sementara jika harus menggunakan pupuk Subsidi, hasilnya tidak sebagus saat menggunakan pupuk Non Subsidi, sementara harga jual cabe saat ini masih terbilang rendah dan tidak mampu menutupi biaya produksi.
Hal tersebut diungkapkan Mincen (40) petani Cabe di Jorong Sipatai saat dikunjungi Bakal Calon Wakil Bupati Limapuluh Kota, Ferizal “Buya” Ridwan di Kebun Cabai miliknya.
“Cabai ini sudah layak panen, namun terkendala pertumbuhannya akibat kurang diberi pupuk dan pemberian racun hama (pestisida). Kondisi ini terjadi akibat harga yang masih mahal dan tidak seimbang dengan harga jual cabai,” ucap Mincen akhir pekan lalu kepada Buya Feri.
Lebih jauh mincen mengatakan bahwa akibat tidak memakai pupuk yang bagus (non subsidi) berdampak pada kualitas buah yang tidak bagus, warna kuning, membusuk dan layu.
“Pengaruh tidak diberikan pupuk yang bagus dan tidak disemprot pestisida, berdampak pada buah yang tidak bagus, warna kuning, membusuk dan layu. Untuk memaksakan menggunakan pupuk yang bagus tentu tidak mungkin, sebab tidak seimbang dengan harga jual cabai saat ini.
Saat ini harga pupuk yang bagus atau non subsidi merek Mutiara dan Yara mencapai Rp. 700.000 ribu lebih per karung ukuran 50 Kilogram, harga tersebut sebelumnya mencapai Rp. 1 juta.
“Kita terpaksa tidak memakai pupuk yang bagus akibat harga yang mahal yang saat ini mencapai Rp. 700.000 ribu lebih per karung ukuran 50 Kilogram, harga tersebut sebelumnya mencapai Rp. 1 juta,” tambahnya.
Sementara harga jual cabai saat ini masih merangkak naik dari harga Rp. 24 ribu perkilogram. Mincen berharap Pemerintah dan pihak-pihak terkait bisa membantu mengatasi persoalan harga pupuk yang mahal itu. (uus)