LIMAPULUH KOTA, METRO–Sulit ditebak. Begitulah harga cabai merah saat ini, kadang naik tiba-tiba turun. Belum lagi banyaknya penyakit cabai merah yang membuat pusing petani. Terutama bagi petani pemula yang belum punya banyak pengetahuan cara menghadapi serangan dari hama.
Salah seorang petani cabai merah pemula, Sovi, mengaku sempat “galau” dengan serangan hama penyakit seperti siangui, lalat buah dan kriting. Bertubi-tubinya serangan hama, sempat membuat pertahanan dan semangat Sovi, semakin hari semakin kendor untuk merawat tanaman cabe merahnya.
Sesekali, bahkan terlintas dipikiran petani perempuan ini, untuk membiarkan dan hampir saja putus asa untuk meneruskan perawatan cabai merahnya di tengah ganasnya gempuran hama lalat buah yang membuat buah cabai busuk sebelum masak. Karena, nyaris gagal panen, akibat serangan lalat buah.
“Melihat banyaknya serangan hama terutama lalat buah, hampir saja saya putus asa merawatnya. Karena saat panen perdana kita hanya bisa menjual separoh, dan separohnya lagi busuk karena lalat Buah. Saat panen harganya murah pula, sempat 10 ribu perkilogram,” ucap Warga Nagari Mungo, Kecamatan Luak, Sovi, saat bercerita di kebun cabai merahnya, Rabu (23/6).
Meski begitu, Sovi, tidak hilang akal. Dirinya menyadari kalau ilmunya dalam bercocok tanam cabai merah sedikit sekali dan itupun belajar secara otodidak saja. “Kemudian setelah bertanya-tanya sama orang yang menjual pestisida, diberitahu untuk membuat perangkap sederhana dengan menggunakan bahan bentuk cairan Petrogenol. Kemudian juga ada yang memberi tahu digunakan juga lem Chery Glue, dan saya lakukan. Alhamdulillah hasilnya luar biasa,” ucap Sovi.
Dia mengaku merasa mendapatkan ilmu yang cukup ampuh untuk menghadapi serangan hama lalat buah dengan memasang perangkap. Sejak saat itu kondisi buah cabenya sudah baik dan bisa panen lebih banyak lagi. “Alhamdulillah kondisinya sudah baik, satu persatu hamanya bisa diatasi. Dan buahnya sudah bagus-bagus dengan panen maksimal,” ucapnya.
Dia berharap, harga cabe merah bisa naik dan biaya produksi bisa tertutupi. “Sajak beberapa hari ini harga cabe sudah agak membaik di tingkat petani. Sebelumnya sempat pada harga terendah 10 ribu perkilogram. Mudah-mudahan makin mahal di tingkat petani, karena disamping biaya produksi tinggi juga banyaknya serangan hama dan mahalnya pestisida,” harap Sovi.
Berbeda dengan Sovi, petani cabe merah asal Kelurahan Sicincin, Kota Payakumbuh, Yendri Saputra, memilih membongkar atau mencabut tanaman cabenya karena banyaknya serangan penyakit yang membuat biaya produksi lebih besar dari hasil penen. Ditambah harga jual cabe merah akhir akhir ini murah.
“Nyaris tidak ada keuntungan. Kalaupun di semprot dengan pestisida tetap hasilnya akan rugi. Jadi saya pilih memcabut saja,” sebut Yendri Saputra. (uus)