“Survei kami di Badan POM, hampir 100 persen anak berbelanja di sekolahnya, tantangannya agar yang mereka makan itu memang yang sudah memenuhi standar keamanan, mutu dan khasiat karena kalau tidak selama enam tahun bersekolah dan berbelanja akan memberi dampak buruk,” kata Iswadi.
Advokasi Pangan Aman di Kota Bukittinggi melibatkan seluruh pihak terkat dari pemerintah daerah setempat seperti Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian dan Pangan serta lainnya.
“Advokasi yang dilakukan bersifat strategis, Pemerintah Kota Bukittinggi komitmen menjadikan daerah ini aman pangan. Saya minta dinas terkait menindaklanjuti dengan memberi penegasan kepada pengawasan belanja anak khsususnya di sekolah,” kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Bukittinggi, Martias Wanto.
Ia mengatakan harus banyak inovasi kerja dari Pemkot Bukittinggi demi mewujudkan Indonesia Emas dengan posisi hilir yang dimaksimalkan.
“Pemerintah berada posisi hilir untuk mengamankan kesehatan pangan saat ini. Kembalikan ke nature atau bahan alam, jauhkan konsumsi negatif berbahan kimia pada anak usia sekolah,” kata dia.
“Bandingkan probabilitas anak yang dirawat di rumah sakit setiap tahunnya. Makan tidak harus enak, tapi kesehatannyalah yang terpenting,” pungkasnya. (pry)