Pihaknya mengatakan, bagi sekolah yang berada di sekitar Gunung Marapi dan sering terdampak erupsi, telah meniadakan kegiatan di luar kelas, seperti olahraga, upacara dan kultum.
“Tidak ada kegiatan di luar kelas seperti olahraga, upacara, kultum dan lainnya,” ujarnya.
Meski demikian, hingga kini ini siswa masih bisa belajar tatap muka dengan ketentuan harus memakai masker ke sekolah.
“Kemudian sekolah diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan apabila terjadi peningkatan abu vulkanik,” katanya.
Kewenangan itu lanjutnya, berupa menghentikan pembelajaran di sekolah, mengurangi jam pelajaran, memulangkan siswa lebih cepat atau untuk sementara mengumpulkan siswa pada tempat yang dianggap aman dan tidak membahayakan.
“Ini dalam rangka pengurangan risiko dampak dari erupsi gunung yang dialami siswa,” tutupnya. (pry)