BUKITTINGGI, METRO
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 340/MENKES/PER/III/2010 adalah: “Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat”. Sedangkan pengertian rumah sakit menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit, dinyatakan bahwa :”Rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat, atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan”
Dari beberapa pendapat rumah sakit melakukan beberapa jenis pelayanan diantaranya pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, pelayanan perawatan, pelayanan rehabilitasi, pencegahan dan peningkatan kesehatan, sebagai tempat pendidikan dan atau pelatihan medik dan para medik, sebagai tempat penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi bidang kesehatan serta untuk menghindari risiko dan gangguan kesehatan sebagaimana yang dimaksud, sehingga perlu adanya penyelenggaan kesehatan lingkungan rumah sakit sesuai dengan persyaratan kesehatan.
Senin 18 Januari 2021, sebuah mahakarya yang dibuat oleh Pemerintah Kota Bukittinggi perlu diberikan apresiasi yang tinggi setelah 236 Tahun hari jadi Kota Bukittinggi, baru kali ini Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah Kota Bukittinggi berdiri dikota ini. Perjuangan cukup panjang yang telah dilalui pemerintah atas pendirian ini, mulai dari penyiapan tanah, penyediaan dana untuk pembangunan yang telah dicadangkan sejak periode pemerintahan 2009-2014, hingga pelaksanaan pembangunan yang dibangun tidak oleh satu perusahaan saja. Begitu banyak dinamika yang telah dilalui.
Pembangunan fisik rumah sakit ini dilakukan dengan cara multi years contract, gedung rumah sakit ini menghabiskan dana Rp.107 Milyar, ditambah untuk peralatan kesehatannya Rp.33,9 Milyar, Penunjang Rumah Sakit Rp.6,2 Milyar, jika ditambahkan dengan dana perencanaan dan biaya konsultan MK lebih kurang menghabiskan dana Rp.150 milyar lebih. Terimakasih pantas kita sampaikan kepada pemerintahan saat ini, yang dipimpin oleh H.Ramlan Nurmatias dan H. Irwandi. Tuntasnya sebuah amanah yang sudah dipikul selama lima tahun terlihat sudah secara nyata.
Setelah diresmikan gedungnya hari ini, kemudian apalagi yang harus menjadi perhatian khusus oleh semua pihak, khususnya pemerintah daerah, tidak sedikit kenyataannya, membangun itu lebih mudah dari pada menjaga dan menjalankannya. Catatan kecil ini penting kami sampaikan, karena megahnya gedung harus berbanding lurus dengan pelayanan rumah sakit tersebut, jangan kita hanya mampu membangun saja, siapkah pemerintah mengurusi rumah sakit ini dengan baik dan benar, sehingga masyarakat tidak dikecewakan dengan pelayanannya.
Ini menjadi beban berat Pemerintah Kota Bukittinggi, fungsi pelayanan, ketersediaan sumber daya manusia yang tidak sembarangan, ketersediaan peralatan yang memadai harus disiapkan sebelum rumah sakit ini nanti resmi beroperasi. Bukittinggi sejak dahulu telah dikenal sebagai kota kesehatan bagi sebagian masyarakat Sumatera Barat, dikota ini telah ada Rumah Sakit Stroke Nasional yang kabarnya sudah berganti nama dengan RS Otak Muhammad Hatta milik Pemerintah Pusat, RS Ahmad Muctar milik Provinsi Sumatera Barat, RS Tentara milik TNI, RS Yarsi dan RS Madina milik Yayasan dan Swasta yang tidak kalah bagusnya dari milik pemerintah. Keberadaan lima rumah sakit ternama di Kota Bukittinggi tentu menjadi beban RSUD milik Pemerintah Kota Bukittinggi, “ ibaraik manggaleh, mato galeh dek samo”.
Kelima rumah sakit senior telah memiliki nama besar tidak hanya di Kota Bukittinggi, jika becerita gedung mayoritas rumah sakit yang telah ada kita lihat siap mengahadang dengan bangunan baru yang semakin dikembangkan. RSUD Kota Bukittinggi harus tampil dengan kesan yang harus lebih baik dari rumah sakit yang telah ada, sebagai pendatang baru, tentu segala sesuatunya harus disiapkan secara matang, kita tidak ingin kurangnya persiapan menjadi kekecewaan bagi masyarakat yang baru ingin berobat di RSUD nantinya.(pry)