MENTAWAI, METRO – Setiap daerah pasti mempunyai pernak-pernik khas daerah tersendiri. Begitu juga dengan Kabupaten Kepulauan mentawai. Salah satu pernak pernik khas daerah ini adalah tas O’orek atau keranjang punggung yang biasa dibawa perempuan Mentawai saat pergi keladang.
O’orek terbuat dari bahan Rotan dan kulit daun sagu yang ringan. Dan ini sudah menjadi alat bawaan yang digunakan nenek monyang suku Mentawai sejak dahulu.
Menurut salah seorang warga desa Goisoinan, pengrajin o’orek, Kristian (54) usaha membuat oreg ini telah dilakoninya selama 34 tahun. Namun penjualan dilakukan apabila ada pesanan.
Ada 2 ukuran oreg yang dijualnya yakni ukuran sedang seharga Rp. 150 ribu sedangkan besar seharga Rp. 200 ribu. Untuk ukuran besar terbagi pada 2 bentuk yakni petak dan bulat.
“Orek Besar dengan bentuk bulat biasanya dapat digunakan untuk membawa beban yang berat. Karena tulang-tulang oreg yang melingkar dapat menahan beban besar dan berat,” ungkapnya di Desa Goisooinan, kecamatan Sipora utara. Selasa, (16/07).
Untuk waktu pembuatan dikatakannya dalam satu bulan dapat menghasilkan 6 sampai 8 buah. Dan untuk penghasilan selama 1 bulan berkisar Rp. 900 ribu sampai Rp. 1 juta. Namun tergantung pada pesanan.
“Untuk penjualan tergantung pada pesanan masyarakat di 4 dusun, desa Goisooinan. Untuk pemasaran ke craft center Disperindagkop Mentawai belum ada saya pasarkan,” ucap Kristian.
Di tempat yang sama Wakil Ketua Badan Permusyawarahan Desa (BPD) Goisoinan, Jaibi Sakerebau mengatakan, bahwa pihaknya telah merencanakan membuat Uma sebagai central tempat pertemuan pemuka Masyarakat.(s)