Penulis : Rivalwan, S.Si., M.Pd., AIFO-P
(Dosen Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan Rekreasi Universitas Tadulako)
Pemecatan Shin Tae-yong sebagai pelatih Timnas Indonesia oleh PSSI menciptakan gelombang reaksi dari berbagai kalangan. 5 tahun menjadi pelatih Indonesia, Shin Tae-yong sangat dikenal publik, baik karena filosofi sepakbola modrennya maupun berbagai macam tantangannya yang dihadapinya selama melatih Indonesia. Namun keputusan PSSI memecatnya menimbulkan banyak pertanyaan: apakah ini langkah yang tepat atau salah pilih?
Shin Tae-yong pertama kali diperkenalkan sebagai pelatih Timnas Indonesia pada Desember 2019. Shin Tae-yong datang ke Indonesia dengan track record sebagai pelatih yang berpengalaman, terutama di level internasional. Dia pernah membawa timnas Korea Selatan berlaga di Piala Dunia 2018 dan dikenal dengan pendekatannya yang disiplin serta filosofi sepakbola modrennya. Dengan latar belakang tersebut, harapan tinggi disematkan kepadanya untuk membawa timnas Indonesia menuju prestasi yang lebih baik, terutama di level Asia.
Selama dipimpin Shin Tae-yong, Indonesia bisa bersaing lebih kompetitif di level Asia, terutama pada World Cup Qualification (WCQ). Pencapaian tim dibawah arahannya menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, khususnya dalam hal disiplin taktik dan semangat juang. Namun, di sisi lain, ada yang berpendapat bahwa hasil-hasil yang diraih belum memuaskan. Kegagalan Indonesia meraih gelar juara pada beberapa edisi AFF juga menjadi sorotan.
Selain itu pernyataan Exco PSSI Arya Sinulingga pada Catatan Demokrasi yang digagas Tv One juga menyampaikan bahwa sebetulnya STY juga diberi target pada AFF 2024. Target ini tentu tak seiring sejalan nampaknya dengan fakta di lapangan bahwa Timnas harus lebih cepat angkat koper, bahkan sebelum mencapai semi-final. Hal lain yang juga ramai di publik pecinta sepakbola bahwa STY tidak menggunakan bahasa yang sama dalam berkomunikasi dengan pemain. Bahkan tidak hadirnya Mees Hilgers ketika menjamu Arab Saudi di GBK juga disinyalir adanya ketidakharmonisan pasca bertandang ke homebase Cina di matchday sebelumnya, meski pemain ini beralasan tidak fit.
Namun pertanyaannya, apakah pemecatan Shin Tae-Yong adalah langkah yang tepat? Dalam dunia sepakbola profesional, pergantian pelatih sebuah klub atau tim nasional menjadi hal yang biasa. PSSI seharusnya mempertimbangkan dengan lebih matang apakah pemecatan pelatih di tengah perjalanan timnas akan membawa hasil yang lebih baik atau malah justru merusak momentum.
Pergantian pelatih yang terlalu cepat bisa berisiko menciptakan ketidakstabilan dalam tim. Setiap pelatih membawa filosofi dan metode kerja yang berbeda, dan proses adaptasi pemain terhadap gaya tersebut memerlukan waktu. Pemecatan Shin Tae-yong di tengah jalan bisa menggagalkan proses tersebut dan membuat tim kembali ke titik awal, yang tentunya merugikan dalam jangka panjang.
Kesimpulannya, Shin Tae-yong adalah pelatih yang penuh dedikasi dengan visi yang jelas untuk membawa Indonesia lebih jauh di panggung internasional, meski masa kepemimpinannya tidak berhasil membawa timnas Indonesia meraih gelar, dia tetap berperan penting dalam menata ulang struktur tim dan memberikan pondasi yang lebih kuat bagi pemain muda. Sebagai pengganti, siapa pun yang dipilih nantinya oleh PSSI (pengumuman resmi), harus memahami kebutuhan tim dan memiliki visi yang tidak hanya berfokus pada hasil pendek, tetapi juga pembangunan berkelanjutan yang akan membawa Indonesia lebih jauh di panggung internasional.
Seabagai salah satu dari sekian juta pecinta sepak bola di Indonesia, apresiasi dan penghormatan tinggi tentu harus tetap diberikan kepada STY. Terima kasih coach atas dedikasinya selama ini untuk sepakbola Indonesia, sukses selalu. (***)
Komentar