PADANG, METRO–Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), Barlius meminta SMA, SMK dan SLB di Sumbar agar melahirkan inovasi dan terobosan untuk meningkatkan minat literasi dan numerasi siswanya. Permintaan tersebut bukan tanpa alasan. Hal ini berdasarkan dari hasil Assesmen Nasional tahun 2023 lalu.
Barlius mengungkapkan, Assesmen Nasional dilaksanakan sejak Ujian Nasional (UN) dihapuskan. Jika UN marwahnya merupakan data pemeringkatan siswa untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi. Kalau Assesmen Nasional melahirkan lapor pendidikan tingkat nasional, provinsi, kabupaten kota hingga sekolah-sekolah. “Hasil Assesmen Nasional ini harus ditindaklanjuti sekolah dalam hal penyusunan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAAS) dan Biaya Operasional Sekolah (BOS),” ungkap Barlius saat Sosialisasi Assesmen Nasional Tahun 2024, Senin ((27/5) di salah satu hotel di Kota Padang.
UN yang sekarang diganti dengan Assesmen Nasional, sistem yang digunakan dalam penilaiannya adalah sampel per sekolah. Assesmen Nasional ini sudah dilaksanakan. Ada beberapa siswa yang ditunjuk menjadi sampel. Hasilnya berupa rapor pendidikan tingkat nasional, provinsi, kabupaten kota, hingga sekolah, provinsi dan nasional.
Bahkan, dua tahun lalu hasil penelitian nasional, rata-rata orang Indonesia membaca buku tidak mampu menamat sampai habis. Tapi dibandingkan negara Jepang dan negara maju lainnya di Eropa, rata-rata mereka menamatkan baca buku 20 sampai 22 buku dalam satu hari. “Tidak heran jika kita pergi ke luar negeri, saat warga mereka duduk di kereta api atau kendaraan umum yang keluar dari tas mereka adalah buku yang dibacanya,” terangnya.
Dengan hasil Assesmen Nasional ini, maka yang perlu dilakukan adalah percepatan literasi dan numerasi. Sekolah menjadi institusi yang ideal memcepatan literasi dan numerasi. Karena itu sekolah harus buat inovasi terobosan dan harus lebih kreatif, untuk meningkatkan literasi dan numerasi. “Kompetensi yang harus dimiliki adalah kreatif thinking atau berpikir kreatif dan bertindak kreatif. Sekolah tempat yang layak untuk itu. Kita butuh orang berkualitas untuk berkiprah di sekolah. Tidak hanya di perguruan tinggi saja,” tegasnya.
Literasi dan numerasi di Sumbar belum maksimal. Padahal literasi dan numerasi sudah berkembang pesat dengan adanya literasi digital. Meski belum maksimal, namun pencapaian Assesmen Nasional Provinsi Sumbar sudah maksimal. Bahkan, meraih peringkat terbaik nasional. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Sumbar pun sekarang melampaui target dan menduduki peringkat tujuh nasional. Semuanya berkat dukungan pemerintah kabupaten kota. “Artinya, animo berpendidikan di sekolah bagus, tetapi literasi dan numerasi rendah secara nasional,” terangnya.
Meski meraih prestasi, namun, Barlius mengaku sedikit kecewa, karena saat Assesmen Nasional tahun lalu, ternyata ada SMK ada yang sudah tutup, TEtapi di Data Pokok Pendidikan (Dapodik) masih ada. “Kondisi ini mengurangi nilai Sumbar pada Assesmen Nasional. Karena ada sekolah yang tidak ada siswanya. Ini kebijakan kita untuk segera gabungkan dengan sekolah lain,” tegasnya.
Tidak hanya literasi, numerasi di Sumbar juga masih lemah. Padahal, ilmu berhitung diterapkan setiap hari dan di setiap sektor kehidupan. “Contoh ada dokter yang hitung-hitung resep obatnya salah. Ini karena pengetahuan numerasi yang lemah. Padahal untuk masuk kedokteran literasi dan nomerasinya harus hebat. Termasuk teknisi pesawat terbang. Literasi dan nomerasinya harus 100 persen. Karena risiko terhadap nyawa manusianya sangat berat,” terangnya.