PADANG, METRO–Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah meresmikan Festival Perhutanan Sosial Sumbar di Kawasan Hutan Kemasyarakatan Padang Janiah, Kampung Batu Busuak, Kelurahan Lambuang Bukik, Kecamatan Pauh, Kota Padang, Sabtu (15/10). Festival Perhutanan Sosial ini digelar sebagai upaya mendorong percepatan perhutanan sosial di Sumbar. Selain itu, ajang pertemuan antar pemangku kepentingan, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Pemprov Sumbar, pemerintah kota/kabupaten, DPRD, perguruan tinggi, LSM/NGO untuk bersinergi pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
Mahyeldi menyambut baik festival tersebut sebagai wujud penegasan Sumbar sebagai daerah yang cukup baik dalam melaksanakan program perhutanan sosial. Sekaligus menjadi barometer dalam pengelolaan hutan berbasis masyarakat di Indonesia. Terbukti, melalui perhutanan sosial, telah dapat mengurangi dampak perusakan hutan secara signifikan. Bahkan menurut Mahyeldi, ada mantan pelaku ilegal loging yang saat ini telah beralih menjadi peternak lebah madu dan merawat hutan. “Ini merupakan prestasi bagi Provinsi Sumbar. Prestasi nyata dalam mengakomodir kepentingan masyarakat sekitar hutan untuk diberikan hak akses terhadap pengelolaan hutan, sekaligus hak untuk memanfaatkan potensi hutan, berupa pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK), pemanfaatan Jasa Lingkungan (Jasling) dan pemanfaatan kawasan,” ungkap gubernur.
Mahyeldi berharap Festival Perhutanan Sosial ini menghadirkan inovasi dan mengoptimalkan potensi kehutanan yang ada tanpa merusak hutan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Pada festival tersebut, Mahyeldi juga meresmikan Sistem Informasi Perhutanan Sosial (SIPS) Sumbar. SIPS ini nantinya menyajikan data secara detail lokasi dan kondisi hutan serta masyarakat di sekitar hutan. “Dengan mengetahui kondisi kehidupan mereka, maka menjadi dasar bagi pemerintah daerah untuk melaksanakan berbagai program dan kegiatan meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan. Jadi sistem informasi ini menjadi penunjang pengembangan perhutanan sosial di Sumbar,” ucap Mahyeldi.
Pada kesempatan itu jga dihadirkan ekowisata “Maunian Durian” dan Inisiasi Pusat Penelitian Dunia Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) atau Non Timber Forest Product (NTFP) Durian di Hutan Kemasyarakatan (HK) Padang Janiah.
Wali Kota Padang diwakili Kepala Dinas Pertanian Padang, Syahrial Kamat, mengapresiasi Festival Perhutanan Sosial dalam upaya pelestarian hutan sekaligus pengembangan durian khas di Batu Busuak. “Saya juga mengajak masyarakat sekitar hutan bersama-sama berkomitmen menjaga hutan. Sebab tanggungjawab kita bersama menjaga hutan kita. Jika salah pengelolaan, akan berdampak buruk pada Kota Padang berupa bencana banjir dan hilangnya sumber air,” kata Syahrial.
Kepala Dinas Kehutanan Sumbar Yozarwardi, menjelaskan, kawasan hutan Padang Janiah, Batu Busuak merupakan salah satu dari 171 perhutanan sosial di Sumbar. Hutan Padang Janiah memiliki potensi lahan seluas 70 hektar dengan komoditas 37 jenis durian endemik lokal yang bercitarasa lezat. “Capaian Perhutanan Sosial sampai dengan September 2022 adalah seluas 242.226 hektar yang telah diberikan hak pengelolaannya kepada masyarakat sekitar hutan, dengan 171 unit Kelompok Perhutanan Sosial dan memfasilitasi sebanyak 145.030 KK di Sumbar,” jelas Yozarwardi
Pembukaan festival ditandai dengan pemukulan gandang oleh gubernur, perwakilan Wali Kota Padang, Kepala Dinas Kehutanan dan Wakil Rektor IV Universitas Andalas (Unand). Usai pembukaan festival, Gubernur Sumbar meninjau beberapa stand pameran hasil hutan bukan kayu yang beraneka ragam. Di antaranya seperti madu hutan, madu kelulut, teh gaharu gambir, sereh wangi dan lainnya. Selain itu gubernur bersama rombongan juga menikmati kelezatan durian Batu Busuak. Turut hadir dalam festival tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sumbar, Siti Aisyah, pimpinan BUMN, BUMD, penyuluh perhutanan, pendamping perhutanan sosial, LSM/NGO serta masyarakat Batu Busuak dan sekitarnya. (fan)