PASAMAN, METRO – Pemkab Pasaman menyelenggarakan rapat koordinasi teknis kegiatan pendidikan gizi dalam pemberian makanan tambahan lokal bagi ibu hamil dan balita, Rabu (21/11). Rakor tersebut bertujuan dalam rangka penanggulangan masalah stunting di daerah itu. Sebab 10 nagari di Kabupaten Pasaman tercatat sebagai prevalensi anak-anak bertubuh pendek atau stunting cukup tinggi.
Rakor teknis dihadiri Bupati Pasaman, Yusuf Lubis, Kepala Dinas Kesehatan Amdarisman, Wakil Ketua TP PKK, Mira Atos Pratama, pejabat Dinkes Sumbar, Kepala OPD, para camat, wali nagari, kepala Puskesmas, bidan di daerah lokus stunting.
Kepala Dinas Kesehatan, Amdarisman mengatakan, pendidikan gizi dalam pemberian makanan tambahan lokal bagi ibu hamil dan balita merupakan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam menyediakan asupan gizi bagi ibu hamil dan balita.
“Ibu hamil dan balita merupakan kelompok yang sangat rawan mengalami kekurangan gizi. Untuk itu, pemberian gizi dan makanan bagi ibu hamil dan balita harus diprioritaskan. Ini upaya pemerintah menanggulangi stunting,” katanya.
Justru itu terangnya, pemerintah pusat mengalokasikan dana sebesar Rp625 juta, untuk perbaikan gizi bagi ibu hamil dan balita di nagari yang menjadi lokus stunting. “Dana ini hanya disalurkan untuk 16 kabupaten terpilih dari total 100 kabupaten/kota lokus stunting di Indonesia. Ini bentuk kerjasama antara Kemenkes dengan ketua TP PKK kabupaten,” kata Amdarisman.
Menurut dia, penanggulangan stunting menjadi program prioritas pemerintah pusat dan daerah pada 2019 mendatang. Pemerintah, kata dia, akan membangun sanitasi dan air bersih di nagari terdampak dengan melibatkan OPD terkait. “Untuk penanganan stunting, kita mengusulkan lima per nagari dibangun jamban, khususnya di nagari lokus stunting. Pembangunan air bersih dan pemberian gizi dan makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita,” kata Amda.
Sementara itu Bupati Pasaman, Yusuf Lubis mengakui bahwa 10 nagari di enam kecamatan merupakan wilayah terdampak stunting di daerah itu. Hal itu akibat dari banyaknya balita mengalami kekurangan asupan gizi sejak masih dalam kandungan. “10 nagari itu, meliputi Nagari Kotokaciak dan Ganggo Hilia di Bonjol, Nagari Panti di Panti, Nagari Simpang Tonang dan Cubadak di Duokoto, Nagari Malampah, Binjai dan Ladang Panjang di Tigonagari, Nagari Muaro Seilolo di Mapattunggul Selatan dan Nagari Kotorajo di Rao Utara,” katanya.
Dijelaskan Yusuf, gizi memegang peranan penting dalam siklus hidup manusia. Sebab, upaya perbaikan status gizi masyarakat akan memberikan kontribusi nyata bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. “Kita harus serius menangani persoalan stunting ini. Persoalan stunting akan cepat teratasi jika dilakukan intervensi secara terintegrasi. Ini harus ditangani bersama OPD terkait,” katanya.
Penurunan prevalensi gizi kurang pada balita dan kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil akan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. “Upaya perbaikan gizi dan makanan tambahan bagi ibu hamil dan balita di Pasaman akan terus kita digalakkan. Mereka ini, kelompok yang rawan mengalami kekurangan gizi,” imbuhnya.
Ia berharap, Pasaman dapat terbebas dari permasalahan stunting dan balita kurang gizi untuk masa 15 tahun ke depan. Ini bagian dari upaya melahirkan generasi berkualitas di masa yang akan datang. “Ini kita bangun pondasinya sejak dini. Tujuannya, agar generasi kita untuk 15 tahun ke depan terbebas dari stunting,” katanya. (cr6)
Komentar