Nadia menjelaskan, ada 15 kasus suspek baru di Indonesia setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) meningkatkan status monkeypox menjadi Public Health Emergency of International Concern pada 14 Agustus 2024. Namun, dari 15 kasus tersebut, 10 di antaranya dinyatakan negatif, sementara 5 lainnya masih dalam proses pemeriksaan.
Nadia menambahkan bahwa cacar monyet dapat menular melalui berbagai cara, termasuk kontak langsung dengan cairan atau mukosa penderita, seperti bersentuhan langsung, berhubungan seksual, atau melalui benda yang tercemar oleh pasien Mpox.
“Atau melalui benda yang tercemar dari pasien Mpox. Berjabat tangan dengan penderita Mpox bisa tertular,” tutur dia.
Meskipun demikian, Nadia meminta masyarakat tidak khawatir berlebihan karena pemerintah telah meningkatkan pengamatan sistematis (surveilans) terutama pada pelaku perjalanan luar negeri. Selain itu, vaksin untuk pencegahan dan pengobatan juga telah disiapkan.
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa varian cacar monyet yang tersebar di Indonesia adalah varian 2B, dengan tingkat fatalitas 0,1 persen.
Ia juga menegaskan bahwa penyebaran virus ini tidak secepat Covid-19 karena menyerang kelompok-kelompok tertentu yang berisiko, seperti Lelaki berhubungan Seks dengan Lelaki (LSL) atau Gay, Biseksual, dan Pria-yang-berhubungan-seks-dengan-pria lainnya (GBMSM), serta individu yang melakukan kontak dengan penderita cacar monyet dalam dua minggu terakhir.
Pemerintah kata Budi, sudah menyediakan vaksin untuk penyakit tersebut. Terbaru, pemerintah akan mendatangkan 1.600 dosis vaksin Mpox dari Denmark yang didistribusikan kepada tenaga medis garda terdepan serta kelompok berisiko tinggi.
“Obat-obatan rumah sakit sudah kita persiapkan dan teman-teman bisa bantu mengedukasi masyarakat. Kita waspada, tapi tidak usah khawatir berlebihan. Pengalaman kita kalau kena, 100 persen sembuh,” jelas Budi. (brm)