PADANG, METRO–Kaba Festival kembali hadir pada tahun 2021 ini di Gedung Manti Menuik, Ladang Nan Jombang, Balai Baru Kota Padang. Perhelatan event yang menampilkan seni pertunjukan kontemporer berbasis tradisi ini, dilaksanakan mulai 1 hingga 3 November 2021.
Direktur Kaba Festival, Angga Mefri mengatakan, karena di masa pandemi Covid-19, maka Kaba Festival tahun ini dilaksanakan secara luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring).
“Jadi ada 40 persen dari kapasitas gedung, pengunjungnya boleh masuk menyaksikan langsung pertunjukan. Selain itu juga ada yang bisa menyaksikan di luar gedung melalui layar televisi nantinya. Tentunya dengan protokol kesehatan (prokes),” ungkap Angga, saat jumpa pers, Sabtu (30/10) di Ladang Nan Jombang.
Angga juga menambahkan, pertunjukan seni di Kaba Festival nantinya juga akan disiarkan secara live streaming di channel You Tube Nan Jombang Festival.
Kaba Festival dilaksanakan secara luring dan daring, karena menurutnya, dampak dari Covid-19 memang sangat mengganggu pertunjukan, jika tidak dilaksanakan secara langsung di hadapan audiens. “Pertunjukan seni tari secara langsung, bisa membangun komunikasi melalui bahasa tubuh di depan audien,” ungkapnya.
Angga juga menambahkan, terjadinya pandemi Covid-19 selama dua tahun ini memberikan dampak pukulan yang sangat luar biasa pagi pertunjukan seni tari. Angga menyebutkan, ada enam tour dunia yang dipending gara gara Covid-19. “Selama pandemi ini, kita lebih mendalami karakter. Corona tidak akan membuat kita mundur. Kita berproses untuk itu,” tegasnya.
Kaba Festival tahun ini bertajuk “Salam Penggila Proses”. “Kaba Festival sebagai muara dari kretivitas menggilai proses. Karena itu kita mengambil tema ini. Karena semua karya seni itu lahir dari sebuah proses,” terangnya.
Perlu diketahui, Kaba Festival digagas dan diselenggarakan oleh Ery Mefri yang juga menggagas lahirnya Nan Jombang Dance Company, pada 1 Novemver 1983 silam.
Totalitas proses yang panjang membuat Nan Jombang Dance Company bisa menampilkan karya seni pertunjukan komtemporer berbasis tradisi pada event bergengsi keliling dunia di empat benua.
Yakni, Amerika, Eropa, Australia dan Asia. Ery Mefri mengatakan, tujuannya keliling dunia, agar bisa memberikan sedikit kontribusi pada estetika dunia. “Ketika kesempatan itu belum didapatkan, mari kiita buat kesempatan itu sendiri,” ungkap Ery Mefri.
Pada tahun 1988 hingga sekarang Ery Mefri menggagas dan menyelenggarakan sebuah festival setiap tahunnya. Festival ini bernama “Galanggang Tari Sumatera”. “Inilah ruang kita bersama melahirkan karya seni pertunjukan kontemporer berbasis tradisi dan juga Festival Nan Jombang Tanggal 3 menjadi ruang bulanan untuk kesenian tradisi,” ungkap Ery Mefri.
Tahun 2014, “Galanggang Tari Sumatera” bertransformasi dengan nama Kaba Festival. Jadi, Kaba Festival merupakan ruang untuk memberikan kabar kepada dunia yang dilaksanakan setiap tahun dengan menampilkan seni pertunjukan kontemporer berbasis tradisi.
Lantas apa saja pertunjukan yang dihadirkan pada Kaba Festival tahun ini? Direktur Kaba Festival, Angga Mefri mengungkapkan, Kaba Festival tahun ini dengan tema “Salam Penggila Proses” menghadirkan pertunjukan seni tari, teather dan musik dari berbagai daerah di Indonesia. Selain itu juga ada diskusi dan silahturahmi.
Angga menyebutkan, pada hari pertama pembukaan Kaba Festival 2021, Senin, 1 November 2021, rangkaian kegiatan terdiri dari, pertunjukan Nan Jombang dari Padang, DTradisi dari Medan, Iwan Altajaru, Jakarta.
Kemudian hari kedua, Selasa, 2 November 2021 ada pertunjukan dari Bobi Ari Setiawan dari Solo, Kiki Rahmatika Hujan Hijau dari Lampung, Muara Performing Arts dari Pekanbaru. Kemudian dilanjutkan dengan diskusi dan silahturahmi “Menggilai Proses” penampil Kaba Festival bersama Maestro Ery Mefri.
Pada hari kedua juga ada pertunjukan Muara Performing Arts dari Pekanbaru, penampilan dari Kiki Rahmatika Hujan Hijau dari Pekanbaru dan penampilan dari Boby Ari Setiawan, dari Solo.
Sementara, hari ketiga, ada penampilan dari Riau Beraksi Studio Seni Peran dari Pekanbaru, Alfiyanto Wajiwa ISBI dari Bandung dan Dian Arza Arts Laboratorium dari Lampung.
Hari ketiga yang merupakan penutupan Kaba Festival, juga diisi dengan diskusi musik dengan tema “Transformasi untuk Masa Depan Musik Tradisional Kita” bersama Iwan Altajaru. Kemudian dilanjutkan dengan penampilan Dian Arza Arts Laboratorium dari Lampung, Alfiyanto Wajiwa ISBI dari Bandung dan Riau Beraksi Studio Seni Peran dari Pekanbaru. (fan)