JAKARTA, METRO – Indonesia kaya akan keanekaragaman hayati, salah satunya anggrek. Seperlima dari total plasma nutfah anggrek dunia berada di Indonesia, termasuk beberapa jenis anggrek lokal yang tergolong langka seperti anggrek hitam Kalimantan dan anggrek Papua.
Bunga anggrek memiliki daya tarik sangat tinggi dan tidak pernah menyebabkan orang bosan melihatnya. Bunga ini mempunyai keanekaragaman bentuk, ukuran, warna dan corak.
Diperkirakan 5.000 spesies tersebar di hutan-hutan seluruh Indonesia dari Sumatera hingga Papua. Anggrek spesies merupakan titik tolak produksi hasil silangan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Keanekaragaman anggrek spesies yang terdapat di Indonesia berpotensi sebagai induk silangan.
Lembaga penelitian dan nursery dalam negeri telah mampu mengembangkan varietas baru berdaya saing kuat dengan varietas impor. BALITHI (Balai Penelitian Tanaman Hias) hingga kini sudah mendaftarkan 25 varietas anggrek potensial.
Manajer PT Merlimba Sentra Agrotama, Hadi Hidayat, mengatakan untuk satu polybag anggrek dapat dijual antara Rp100–180 ribu, tergantung jumlah bunga dan ukurannya. Dendrobium berwarna merah dan putih berada di posisi ada sebagai anggrek favorit.
“Pada intinya, bisnis bunga saat ini makin berkembang di Indonesia, permintaan pasar lokal juga tinggi dan membawa banyak keuntungan,” ujar Hadi.
Dari data yang diperoleh pada 2018, tidak kurang dari 160 ribu batang dan pada tahun 2019 (per Agustus) tidak kurang dari 70 ribu batang Surat Izin Pengeluaran (SIP) benih anggrek yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. Beberapa negara tujuan ekspor antara lain Jepang, Tiongkok, Taiwan dan Thailand.
Seorang pelaku usaha anggrek sukses anggrek, terutama Dendrobium, Dedek Setia Santoso menyebutkan bisnis usaha anggrek sangat menjanjikan karena peluang ekspor masih terbuka luas. Peminat dan penikmatnya juga selalu bertambah.
“Dengan begitu luasnya peluang untuk ekspor anggrek tentunya harus didukung oleh regulasi yang mendukung untuk usaha tersebut,” ujar Dedek. (jpc)