JAKARTA, METRO–Pembatalan proyek-proyek PLTU batu bara baru dan penghentian PLTU batu bara di Indonesia pada 2040 diperkirakan dapat mencegah 180.000 kematian akibat polusi udara. Upaya tersebut juga mampu menekan biaya kesehatan sebesar USD 100 miliar atau sekitar Rp 1.500 triliun dalam beberapa dekade ke depan.
Demikian hasil penelitian terbaru Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan Institute for Essential Services Reform (IESR) yang berjudul Health Benefits of Just Energy Transition and Coal Phase-out in Indonesia. Penghentian penggunaan PLTU batu bara pada 2040 diperlukan untuk memenuhi target Persetujuan Paris, berdasarkan Badan Energi Internasional (IEA).
Indonesia saat ini menargetkan penghentian penggunaan PLTU batu bara pada 2050, dengan beberapa pengecualian. Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa menekankan bahwa pemerintah harus mendesak perusahaan listrik untuk mengevaluasi kembali rencana mereka untuk membangun PLTU batu bara dan beralih ke pembangkit energi terbarukan.
Pada pertemuan puncak G20 tahun lalu, kata Fabby, Indonesia telah menandatangani pernyataan bersama Just Energy Transition Partnership (JETP) yang berkomitmen untuk mencapai puncak emisi sektor ketenagalistrikan pada 2030 dengan nilai absolut 290 juta ton CO2e. Untuk mencapai target ini, Indonesia harus menghentikan sekitar 9 GW PLTU dalam satu dekade ini.
“Namun demikian, diperlukan kepastian strategi mitigasi untuk mengurangi dampak negatifnya untuk PLTU batu bara yang belum mencapai waktu penonaktifannya. Penerapan strategi ini harus menjadi bagian integral dari solusi untuk transisi energi yang berkeadilan,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (21/7).
Penelitian CREA dan IESR mengembangkan jalur pengakhiran operasional PLTU batu bara berbasis kesehatan yang pertama di Indonesia, berdasarkan pemodelan atmosfer yang terperinci dan penilaian dampak kesehatan per pembangkit listrik (health impact assessments, HIA). Jalur ini memaksimalkan manfaat kesehatan dari peralihan PLTU batu bara ke energi bersih dengan mengakhiri operasional PLTU batu bara yang paling berpolusi terlebih dahulu.
Emisi polutan udara dari PLTU batu bara bertanggung jawab atas 10.500 kematian di Indonesia pada 2022 dan biaya kesehatan sebesar USD 7,4 miliar, menurut hasil penelitian tersebut. Dampak kesehatan ini akan terus meningkat dengan beroperasinya PLTU batu bara yang baru.
Pembangkitan energi dari PLTU batu bara akan meningkat selama satu dekade ke depan, kecuali jika pertumbuhan pembangkit listrik bersih dipercepat untuk memenuhi pertumbuhan permintaan.
Biaya kesehatan yang dihindari dari penghentian PLTU batu bara yang lebih cepat pada 2040, akan mencapai USD 130 miliar (Rp 1.930 triliun). Sementara investasi sebesar USD 32 miliar (Rp 450 triliun) diperlukan untuk merealisasikan penghentian pengoperasian PLTU batu bara, sehingga investasi ini akan sangat menguntungkan bagi seluruh masyarakat. (jpc)