Malam pun segera menyambut, lilin dan lampu pun sudah menyala, kepulan asap dan masakan nasi yang akan disantap untuk makan malam segera tiba. Sehabis sholat dan makan malam, mereka berdiskusi sambil membuka peta untuk target patroli keesokan harinya. Malam semakin larut dan para penjaga hutan itu pun tidur terlelap dengan pulas.
Pada pagi hari nya, setelah subuh mereka sibuk dengan aktivitas masing-masing mulai dari urusan logistik, perbekalan serta rencana yang sudah dimatangkan pada malam sebelumnya untuk target patroli, setelah segala seuatunya selesai dipersiapkan, tak lupa berdoa dan mereka pun bergerak menuju kawasan hutan TNKS. Disepanjang perjalanan banyak bukaan perambahan baru yang lokasinya masih berada diluar kawasan TNKS.
Menurut masyarakat yang diajak untuk patroli, pembukaan hutan didaerah ini terjadi di tahun 2018 yang lalu dengan kondisi terbengkalai dan banyak tumbangan pohon, disisi kiri merupakan areal yang terjal dan itulah Kawasan TNKS. Setelah menyeberangi anak sungai tidak jauh dari lokasi mereka menemukan seng batas kawasan TNKS. Seng batas ini merupakan tanda batas bantu Kawasan TNKS jika tanda batas Pal di lapangan hilang.
Kawasan TNKS di Nagari Tuik IV Koto Mudik relatif aman dari aktivitas illegal logging, hal ini didukung saat tim di lapangan tidak ada tanda-tanda bekas tebangan kayu atau jalur saradan kayu. Beberapa menit berselang, terdengar mendengan suara Burung Kuau, bergegas tim mengambil kamera, namun burung Kuau pun tidak menampakkan diri, tim melakukan pengambilan data temuan di lapangan dengan metode SMART yang nantinya akan dimasukkan ke dalam aplikasi SMART Patrol.
Biasanya data temuan illegal logging, perambahan, pal batas dan temuan flora fauna diambil datanya untuk nanti diolah dan dianalisis sebagai gambaran lapangan serta untuk penentuan kebijakan pimpinan.
Sesuai dengan tulisan dari pengalaman Pak Dirjen KSDAE (Ir. Wiratno, M.Sc) dalam buku beliau yang berjudul “10 Cara Baru Pengelolaan Kawasan Konservasi di Indonesia” dijelaskan salah satunya bahwa pengelolaan kasawan harus berbasis resort. Dalam hal ini resort merupakan ujung tombak terkait pengelolaan kawasan serta analisis data lapangan. Pengambilan data yang didukung dengan teknologi tinggi juga menjadi nilai penting dalam pengelolaan kawasan, termasuk penggunaan aplikasi SMART Patrol dalam pengambilan dan pengolahan data lapangan.
Mengingat waktu sudah siang, tim berisitirahat di pinggir Batang Tuik yang hulu nya juga berasal dari dalam kawasan TNKS, sambil santai mereka makan, sholat dan melepas lelah sejenak. Kemudian mereka kembali melanjutkan patroli. Dijumpai beberapa jenis anggrek di sepanjang perjalanan, rangkong yang sedang terbang juga sempat diabadikan lewat kamera. Tiba-tiba situasi mulai mendung dan hujan pun segera datang.
Tim terpaksa mencari tempat berteduh, sambil berjalan dari jauh kelihatan sebuah batu besar yang dibawahnya ada celah yang tidak kena air hujan. Pemandangan disekeliling sudah gelap. Segera berlari menuju celah yang ada di bawah batu besar yang berada di pinggir Batang Tuik tersebut. Orang setempat menamakan batu besar seperti itu dengan nama “Ngalau”.
“Kita bisa berteduh di bawahnya tanpa terkena air hujan. Disitulah tim istirahat dan mengingat hujan tak kunjung reda sampai sore dan akhirnya tikarpun digelar, alat masak dan logistik dikeluarkan. Kita nginap malam ini dibawah batu ini saja,” kata Yurmansyah.
Keesokan harinya mengingat logistik sudah habis, tim segera bergerak keluar kawasan hutan TNKS, mengikuti aliran Batang Tuik dan beberapa jam kemudian sampai kembali di jalan ujung kampung, mereka mampir di sungai untuk bersih-bersih, mandi dan berganti pakaian. Hari ini kegiatan patroli selesai, itulah sebagian cerita singkat para penjaga hutan TNKS di lapangan yang berpatroli di Bulan September 2019 yang lalu. Rasa idelisme dan semangat yang tinggi dalam menjaga kawasan hutan TNKS merupakan kunci dalam perlindungan kawasan untuk jangka panjang dan generasi mendatang. Kunjungi situs resmi pariwisata Sumbar www.sumbar.travel.com. (**)