Bupati Padangpariaman Suhatri Bur di hari ulang tahun Padangpariaman ke 189 tahun 2022 ini agar semua Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di lingkungannya untuk terus melakukan evaluasi kepada semua program untuk kemajuan daerah. “Peringatan HUT terasa penting jika kita terus melakukan evaluasi dan persiapan diri untuk kemajuan pembangunan Padangpariaman berjaya,” kata Bupati Padangpariaman Suhatri Bur, kemarin.
Apalagi katanya, saat ini Pemkab Padangpariaman harus segera mengatasi permasalahan ekonomi, akibat covid 19. “Karena itulah kita telah mulai melakukan hal tersebut bersama DPRD dan seluruh lapisan masyarakat harus memunculkan inovasi untuk menjawab tantangan pandemi covid 19 ini,” ungkapnya.
Bahkan dia telah meminta kepada semua OPD untuk mengoptimalkan sumber daya dan potensi yang dimiliki guna membantu menyelesaikan tugas-tugasnya untuk mempersiapkan menuju revolusi industri 4.0. “Kita juga secara bertahap pemerintah daerah terus berupaya menyelesaikan permasalahan secara bertahap,” ujarnya.
Seperti contoh jalan Pasie Laweh menuju Lubuk Simantuang telah diapal beton dan tahun 2022 juga jalan Polres Padangpariaman menuju Korong Hilang Gadang juga segera diaspal beton untuk kemajuan daerah.
Kemudian pada sisi lain Suhatri Bur menyatkan, daerahnya dikenal dengan ‘saribu surau’ (seribu musala) yang kondisinya mulai memperhatikan, ini sudah mulai diperbaiki termasuk pesantren. Lalu permasalahan kemacetan Padang-Bukittinggi sudah mulai menunjukkan titik terang, lalu jembatan Lubuk Napa juga akan diperbaiki,” ujarnya.
Ia mengatakan pada 2022 akan dibangun jalan lingkar untuk mengatasi kemacetan Padang-Bukittingi di daerah itu dengan membuat jalan lingkar dengan menggunakan dana alokasi khusus.
Untuk menciptakan generasi unggul, lanjutnya pihaknya juga fokus melanjutkan pengembangan kawasan pendidikan terpadu Tarok City pada 2022.
Jadi di HUT ini Suhatri Bur melempar pepatah MinangKabau ‘Pincalang biduak rang Tiku, didayuang sambia manungkuik, Basilang kayu dalam tungku, di sinan api mangkonyo iduik’.
“Pepatah ini menyiratkan bahwa di antara kita mempunyai latar belakang sejarah dan penetapan hari jadi yang berbeda, yang telah ditumbuhkembangkan menjadi sumber motivasi identitas serta kebanggan masing masing,” ujarnya.
“Daerah Kabupaten Padangpariaman dengan sebutan Piaman Laweh, Kota Padang sebagai kota tercinta, Kota Pariaman dengan moto Kota Sala Lauak, bahkan Kabupaten Kepulauan Mentawai dikenal sebagai Bumi Sikerei,” ujarnya.
Keempat daerah otonom ini, kata dia telah ‘duduk sama rendah dan tagak sama tinggi’ satu sama lainnnya, tetapi memiliki marwah dan kebanggaan masing-masing.
Ia membayangkan, jika Padangpariaman, Kota Padang dan Kota Pariaman serta Mentawai sama-sama menetapkan tanggal 11 Januari 1833 sebagai hari jadi, tentu hari ini diperebutkan. “Karena 189 tahun lalu kita sama-sama berada di sana dan tentu hari ini akan kita perebutkan, sehingga kita tidak saling berkunjung, dan Pak Gubernur juga susah untuk berlaku adil,” katanya.
Apalagi katanya, tiap kabupaten dan kota masing masing mempunyai ‘tuah’ yang tidak dimiliki oleh yang lain, termasuk Agam dan Pasaman. “Karena HUT ini tidak disamakan harinya agar tidak berbenturan dengan pemekaran dari Kabupaten Padangpariaman,” tandasnya mengakhiri.(efa)