Saya dapat oleh-oleh unik: satu boks kopi. Merknya yang unik: Kopi Revolusi. Lebih unik lagi motto yang tertulis di sachet kertas kopi itu: Kopi, Persaudaraan, dan Revolusi. Yang membawa oleh-oleh itu Anda sudah tahu: Fahri Hamzah. Salah satu bintang layar televisi —untuk acara politik. Di sachet itu tercetak foto siluetnya. Hitam putih. Yang lagi tertawa. Bukan tawa kegembiraan yang meluap, tapi lebih pada ekspresi seorang intelektual. Tertawa tapi posisi wajahnya agak menunduk.
Dari situ terlihat bahwa kopi itu hanya akan ia jadikan alat. Alat politik? Alat bisnis? “Dua-duanya,” ujar Fahri. “Juga alat persaudaraan,” tambahnya. Tapi apa hubungannya dengan revolusi? Apakah Fahri akan melakukan revolusi? Dan karena itu ia mendirikan partai baru? Kita harus ingat semua tokoh revolusi Indonesia penggemar kopi,” ujar Fahri – -serius sekali. Ucapan itu membuat saya terbawa ke masa perang kemerdekaan. Juga ke desain sachet kopi itu sendiri. Yang dibuat seperti zaman dulu. Wajah Fahri di sachet itu memang harus agak disamarkan seperti itu. Agar wajah Fahri —yang modern dan putih-bersih— tidak terlihat terlalu elit untuk sebuah citra revolusi.