Diduga Tercemar Penambangan Timah,  1 Ton Ikan Mati, Batang Maek Bau Bangkai

LIMAPULUH KOTA, METRO – Ratusan nelayan yang menggantungkan hidupnya di Batang Maek, Kecamatan Pangkalan Koto Baru, Kabupaten Limapuluh Kota kini mulai cemas. Pasalnya, hasil tangkapan ikan dari perangkap terpasang jauh berkurang sejak sepekan terakhir. Mengingat, ribuan ikan berbagai jenis yang hidup di Batang Maek, mati mendadak.
Bahkan, ikan tapa khas Batang Maek yang ditunggu naiknya setiap tahun pada bulan November, ikut mati bersama jenis ikan khas sungai lainnya seperti baung, tabiang alam, kapore dan ikan nila. Namun pada tahun ini, para nelayan sudah memprediksi tangkapan ikan tapa yang diharapkan pada November beberapa hari lagi, bakal jauh berkurang.
“Ikan khas Batang Maek seperti tapa dengan berat lebih kurang 60 kilogram 1 ekor kami temukan ikut mati bersama jenis ikan lainnya di Batang Maek. Padahal setiap bulan November ikan tapa naik, dan hasil tangkapan nelayan akan banyak. Tapi karena sudah banyak yang mati akibat Sungai tercemar tentu tangkapan nelayan akan jauh berkurang,” cerita Ketua Kelompok Nelayan Kampung Tarandam, Mushadi, Jumat (25/10) kepada wartawan.
Dia menyebut, jika dikumpulkan semua ikan yang mati, diperkirakan mencapai lebih kurang 1 ton. Sehingga, Sungai Batang Maek, berbau bangkai ikan. Dan masyarakat sempat takut mengkonsumsi ikan disekitar ditemukannya ribuan ikan yang mati tiba-tiba sejak Sabtu (19/10) sepekan lalu.
”Lebih kurang 1 ton ada. Dan akibat banyaknya ikan yang mati otomatis hasil tangkapan nelayan jauh berkurang. Dan tentu pendapatan nelayan juga jauh dari biasa. Dan herannya ini baru pertama kali terjadi di Batang Maek, kami tidak tau apa penyebabnya tetapi Tim dari Walhi Sumbar sudah datang dan mengambil sampel air, ikan dan Lumpur Sungai untuk diteliti apa penyebab ikan pada mati,” sebut Mushadi.
Dia belum bisa menyebut berapa kerugian yang dialami nelayan yang menggantungkan hidup disungai Batang Maek. Namun, diperkirakan ratusan juta kerugian yang ditimbulkan akibat ikan mati di Sungai Batang Maek. ”Kalau pendapatan nelayan itu berpariasi, tapi kalau kerugian akibat ribuan ikan mati saya prediksi sampai ratusan juta,” sebutnya.
Awalnya, dikatakan Mushadi terjadi hujan dengan intensitas lebat pada Jumat (19/10) sehingga air Sungai keruh. Pada Sabtu sehari kemudian, nelayan melihat perangkap ikannya di Sungai Batang Maek, air deras dan keruh. Saat itu ikan dalam perangkap nelayan terlihat pening. Pada Minggu (20/10) ikan sudah mati terapung di Sungai Batang Maek.
Dan pada Senin sehari kemudian, ikan tampak sudah banyak mati dan terapung dihanyutkan air hingga kemuara pertemuan batang Maek dan Sungai dari Kampar. “Di persipangan dua sungai itu air bertemu dan air yang tercemas dari Batang Maek tidak sampai ke danau buatan karena didorong air deras dari Batang Kampar,” sebutnya.
Akibat ikan banyak yang mati, sebagian masyarakat memoto dan memposting di FB. Sehingga diketahui oleh orang kampung Pangkalan yang berada di Solok. “Saat itu orang Pangkalan yang ada di Solok itu kebetulan ada kenal dengan orang Walhi, sehingga disampaikan kondisi ini. Pada Rabu dini hari orang Walhi sampai di Pangkalan. Dan ada 5 titik yang diambil sampelnya air dan lumpurnya,” sebutnya berharap agar ditemukan penyeban matinya Ribuan ikan agar tidak terulang dimasa datang.
Wali Nagari Tanjuang Pauah Taufik JS mengungkapkan, kematian ikan-ikan di Batang Maek telah masuk ke waduk PLTA Koto Panjang, jika tidak ditangani dengan cepat akan berdampak luas pada Nelayan dan masyarakat yang mengkonsumsi ikan hasil tangkapan di Waduk PLTA Koto Panjang.
“Kami berharap pemerintah Kabupaten Limapuluh Kota dan Pemerintah Provinsi Sumbar segera turun ke lokasi kematian ribuan ikan untuk menyelidiki penyebab kematian ikan-ikan,” katanya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mushadi, Ketua Kelompok Nelayan Kampuang Tarandam. Mereka merasa khawatir akan pencemaran yang terjadi sehingga mengakibatkan ribuan ikan mati di hulu Batang Maek. “Kami mendesak pemerintah segera bertindak dalam menangani persoalan ini,” sebutnya sesuai rilis yang disampaikan Walhi Sumbar No:106/ED-WSB/X/2019.
Direktur WALHI Sumbar Uslaini merespon cepat terkait laporan warga yang menyampaikan ribuan ikan mati di hulu Batang Maek, WALHI Sumbar menurunkan tim kelapangan melakukan pengecekan dan pengambilan sample air, lumpur dan ikan yang mati di hulu Batang Maek.
Sample yang diambil akan diteliti di laboratorium guna mengetahui penyebab kematian ribuan ikan. Dalam pengecekan lapangan yang dilakukan Tim WALHI Sumbar ditemukan fakta bahwa tidak jauh dari kematian ribuan ikan, beberapa ratus meter ke daerah hulu terdapat aktifitas pertambangan timah hitam milik PT. Berkat Bhineka Perkasa (BBP).
“Dugaan kami, limbah aktivitas tambang timah hitam PT. BBP yang dibuang ke Batang Maek yang mengakibatkan matinya ribuan ikan. Di samping itu ditemukan fakta bahwa aktifitas tambang timah hitam PT. BBP yang berada di kawasan Hutan Lindung tidak mengantongi Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (IPPKH), fakta ini didapat setelah WALHI Sumbar mencocokkan data pemegang IPPKH yang didapat dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumbar,” katanya.
Terkait persoalan ini, jika tidak ditangani dengan serius dan cepat oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Barat, maka akan menimbulkan kerusakan ekosistem di aliran Batang Maek dan Waduk PLTA Koto Panjang serta mengancam mata pencaharian nelayan yang menggantungkan hidup di Batang Maek dan Waduk PLTA Koto Panjang.
“WALHI juga mendesak Gakkum Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meindak pencemaran yang terjadi dan mendesak Gubernur Sumbar menangguhkan aktifitas tambang PT. BBP karena tanpa mengantongi IPPKH,” katanya. (us)

Exit mobile version