200 Kg Ganja Aceh Masuk Sumbar, Kurir Ditembak, Pemilik Kabur

PADANG, METRO – Sempat dikejar dari perbatasan Sumbar-Sumut, dua mobil Daihatsu Xenia mengangkut ganja dari Aceh, berikut dengan mobil Suzuki Karimun sebagai “pengawalnya” ditangkap Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumbar dan Badan Narkotika Kabupaten (BNK) Pasaman Barat (Pasbar), Sabtu (17/8) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari. Bandit itu dihadang di kawasan Tapus, Kecamatan Padanggelugur, Pasaman.
Tak tanggung-tanggung, dalam penangkapan tersebut, petugas menyita 200 Kg ganja kering dalam bentuk 155 paket besar, yang rencananya akan diantar ke Solok. Namun, sayangnya, saat penangkapan satu orang pelaku berinsial Y melarikan diri masuk ke dalam perkebunan warga, meski sudah sempat ditembak.
Sementara, dua orang pelaku bernama Khairul Amri (33) dan Rizki Riwaldi (29) warga Agam yang bekerja sebagai sopir berhasil ditangkap. Salah satunya terpaksa dihadiahi timah panas di kakinya lantaran melawan dan mencoba melarikan diri. Keduanya juga diketahui berstatus residivis kasus narkotika yang sudah dihukum empat tahun kurungan penjara.
Kepala BNNP Sumbar Brigjen Pol Khasril Arifin mengatakan, pengungkapan kasus narkotika dengan jumlah barang bukti ratusan kilo ganja tersebut sebagai hadiah di Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Mereka merupakan jaringan antar lintas provinsi yang mengambil ganja dari Aceh dan dibawa ke Sumatera Barat untuk diedarkan.
“Yang kita tangkap dua orang dengan dua mobil yang berbeda. Mobil Xenia yang membawa ganja yang dibungkus lima karung. Ganja ditaruh di bangku baris ke tiga mobil. Sementara satu lagi ditangkap di mobil Karimun yang perannya sebagai pengawal. Jadi yang mobil Karimun itu jalan duluan di depan untuk memastikan aman atau tidak. Taktiknya sangat bagus,” kata Khasril.
Khasril menambahkan, satu pelaku berinisial Y yang perannya sangat penting, saat ditangkap berhasil melarikan diri. Bahkan, pihaknya telah berusaha melumpuhkannya dengan menembak, namun dalam kondisi darah berceceran, pelaku tetap berusaha berlari ke dalam perkebunan warga dan kemudian menghilang.
“Kita sudah ikuti jejak darah yang berceceran, tapi sampai sekarang pelaku Y itu belum ditemukan. Anggota masih berada disana untuk mengejar pelaku yang berkemungkinan bersembunyi. Mudah-mudahan saja bisa ditangkap. Mengapa perannya sangat penting? Karena pelaku yang mengendalikan, kemana dijemput, dan kemana diantar. Kalau informasinya diantar ke Solok,” ungkap Khasril.
Terkait siapa yang akan menerima ganja tersebut, Khasril menuturkan sejauh ini pihaknya masih belum bisa memastikan. Pasalnya, dari hasil pemeriksaan terhadap kedua pelaku yang ditangkap, mereka hanya ditugaskan mengemudikan mobil sesuai dengan arahan Y yang kabur.
“Penangkapan ini merupakan bukti kalau Sumbar sudah menjadi target untuk peredaran narkoba. Apalagi ganja yang kita temukan jumlahnya sangat banyak, yang bisa digunakan puluhan ribu orang. Artinya kita sudah menyelamatkan generasi muda dari bahaya narkoba. Nantinya, saya harapkan mereka dihukum seumur hidup atau hukuman mati. Bisa saja dikirim ke Nusakambangan nanti,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala BNK Pasaman Barat, Irwan Efendri mengatakan untuk menangkap pelaku, pihaknya sudah melakukan pengintaian selama dua hari, setelah pihaknya mendapat informasi akan ada dua mobil yang membawa ganja dari Aceh. Pihaknya membagi empat tim yang disebar di perbatasan Sumbar dengan Sumut memantau mobil yang telah ditarget.
“Kita tangkap pertama, mobil Karimun yang mengawal. Setelah itu kita tangkap mobil Xenia di Tapus setelah dihadang. Sudah diberikan peringatan agar pelaku berhenti, tapi tidak juga berhenti. Kita tembak mobilnya sampai mobil kita tabrakan dengan mobil pelaku. Memang ini termasuk rekor tangkapan terbanyak,” kata Irwan.
Terpisah, pelaku Khairur Amri ketika diwawancarai mengakui kalau ganja dibawa dari Aceh untuk diantarkan ke Solok. Ia ditugaskan untuk memantau dan mengawal mobil xenia yang membawa ganja lima karung dari Panyabungan, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dengan upah Rp3 juta sampai tujuan.
“Saya mengemudikan mobil Karimun yang saya rental di Bukittinggi. Tugas saya, mengawal. Jadi saya yang duluan jalan di depan dengan jarak-jarak beberapa kilometer dari mobil Xenia. Kalau aman, saya informasikan ke yang membawa mobil Xenia. Tapi ternyata saya sudah dibuntutui dan kemudian ditangkap,” kata Khairul Amri.
Sementara itu, pelaku Rizki Riwaldi mengatakan sebelum ditangkap, ia berangkat dari Bukittinggi ke Aceh bersama dengan rekannya berinsial Y menggunakan mobil Xenia yang dirental. Ganja dijemput dari Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Aceh dari seseorang yang tidak dikenalnya.
“Kalau saya hanya ditugaskan mengemudikan mobil. Kemana disuruh, ya saya ikuti. Untuk upah, saya dibayar Rp 500 ribu per hari. Biasanya untuk menjemput dan mengantar, selama enam hari perjalanan. Teman saya Y itu bisa kabur, sedangkan saya tidak bisa berbuat banyak karena sudah ditodong pistol yang membuat saya menyerah,” pungkasnya. (rgr)

Exit mobile version