Penyembuhan Kakinya Berlangsung Lebih Cepat, Menag Nasaruddin Rasakan Berkah Doa di Bulan Puasa

RESMIKAN MASJID— Menag Nasaruddin Umar (baju hijau) berjalan normal usai resmikan Masjid Agung Al Ikhlas di Kota Podomoro Tenjo, Kab. Bogor (20/3).

JAKARTA, METRO–Beberapa waktu lalu Menteri Agama (Menag) Nasaruddin Umar mengalami insiden saat menghadiri acara di Sentul, Kab. Bogor. Akibatnya dia harus melakoni operasi di kaki kirinya. Namun saat me­resmikan Masjid Agung Al Ikhlas di Kota Podomoro Tenjo, Kab. Bogor pada Kamis (20/3) Nasaruddin su­dah terlihat berjalan de­ngan normal.

Kepada jamaah yang memadati masjid, Nasa­ruddin menceritakan bahwa penyembuhan pasca operasi ternyata berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. “Saya me­rasakan berkah dari doa yang dipanjatkan di bulan Ramadan,” katanya. Nasaruddin berterima kasih kepada segenap masya­rakat yang sudah ikut mendoakan kesembuhannya.

Dalam momen itu, Nasaruddin lantas menceritakan soal seringnya umat Islam mengeluh doanya tidak terkabul. Dia mengatakan supaya doa yang dipanjatkan bisa dikabulkan oleh Allah, umat Islam harus banyak-banyak bersujud. Dia menegaskan saat bersujud, seseorang harus benar-benar bersujud serta mengagungkan Allah.

“Masjid ini contohnya, adalah tempat yang tepat untuk bersujud,” katanya. Nasaruddin lantas mengatakan ada perbedaan an­tara sujud dan sajad. Dia menjelaskan sajad itu a­dalah fisiknya saja yang bersujud. Tetapi pikirannya kemana-mana. Tidak fokus mengagungkan Allah sebagai sang Maha Pencipta.

“Mungkin saat sujud pikirannya ke mal. Atau saat sujud pikirannya ke keluarga, pekerjaan di kantor, atau urusan lainnya,” katanya. Nasaruddin me­ngingatkan ketika bersujud, pikiran dan hati harus fo­kus memikirkan Allah. Pi­kirannya tidak boleh kemana-mana. Dengan sering-sering melakukan sujud dengan benar, hubungan manusia dengan Allah semakin erat. Sehingga doa yang dipanjatkan berpeluang besar untuk dikabulkan.

Dalam momen itu Nasaruddin kembali menyampaikan permohonan supaya masjid dan musala di jalur mudik untuk dibuka 24 jam. Sehingga bisa digunakan para pemudik untuk beristirahat. Baginya pemudik itu adalah musafir yang juga perlu dibantu. Dia mengatakan pemudik atau musafir adalah orang yang perlu ditolong. Khusus di momen lebaran ini, para musafir pasti memiliki niat mulia untuk pulang kampung.

Seperti berziarah ke makam orang tua. Membangun musala tempat dia mengaji dahulu. Atau berbagi rezeki yang didapat di tanah rantau kepada keluarga di kampung halaman. “Mari kita buka 24 jam untuk masjid, musala, termasuk rumah ibadah agama lain di jalur mudik,” kata­nya.

Dengan membuka akses tersebut, pemudik bisa beristirahat sekaligus ibadah di masjid. Termasuk juga ketika takmir masjid memiliki dana sedekah Ramadan berlebih, dapat dihidangkan kopi atau makanan ringan. “Nanti pe­ngurus masjid dapat pahala. Kalau ngantuk dan lelah bawa mobil, nanti masuk selokan,” katanya.

Sementara itu Ketua Yayasan Agung Podomoro Noer Indradjaja mengatakan pembangunan Masjid Agung Al Ikhlas merupakan bagian dari komitmen mereka dalam mendukung kegiatan rohani dan memperkuat nilai-nilai keberagaman. “Dengan hadirnya Masjid Agung Al Ikhlas Podomoro, kami ingin menciptakan lingkungan yang harmonis,” katanya.

Sehingga masyarakat bisa merasakan kenyamanan dalam beribadah. Serta dapat memperkuat hubungan sosial antarwarga melalui kegiatan keagamaan yang mempererat persaudaraan. Dia menegaskan masjid itu tidak hanya diperuntukkan bagi penghuni Kota Podomoro Tenjo, tetapi juga terbuka bagi seluruh warga Tenjo dan sekitarnya, termasuk para musafir yang melintas.  (jpg)

 

Exit mobile version