Rapat Paripurna Istimewa Mendengarkan Pidato Kenegaraan Presiden RI, Supardi: Mari Berjuang Mengisi Kemerdekaan untuk Kejayaan Indonesia

Rapat Paripurna Istimewa dipimpin Ketua DPRD Sumbar Supardi didampingi para Wakil Ketua DPRD. Hadir Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar.

DPRD Provinsi Sumatera Barat menggelar Rapat Paripurna Istimewa di ruang Rapat Utama Gedung DPRD Sumbar. Rapat Paripurna Istimewa ini me­­miliki dua agenda, agen­­da pertama  mengi­kuti siaran langsung pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada Sidang Tahunan MPR RI dan Sidang Bersama DPR RI dan DPD RI Tahun 2024.  Sedangkan agenda kedua ,  mengikuti siaran langsung pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia  penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBD Tahun Anggaran 2025 beserta nota keuangannya. Jumat (16/8).

Rapat Paripurna Istimewa yang digelar di ruang sidang utama gedung DPRD Sumbar itu, dipimpin Ketua DPRD Provinsi Sumbar, Supardi didampingi Wakil Ketua dan Pemprov Sumbar dihadiri Gubernur Sumbar dan wakil gubernur Sumbar, Anggota DPRD Provinsi Sumbar, OPD, tamu undangan dan Sekwan DPRD Provinsi Sumbar.

Ketua DPRD Sumbar da­lam pidatonya saat mem­buka rapat paripurna  menyampaikan, Rapat Paripurna Istimewa tersebut merupakan bagian dari perayaan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-79.  Dan sangat penting mendengarkan pidato kenegaraan dari Presiden Republik Indonesia.

Presiden  Republik Indonesia menyampaikan pidatonya dihadapan si­dang Tahunan MPR-RI dan Sidang Bersama DPR-RI dan DPD-RI Tahun 2024, dalam rangka menyampaikan Laporan Kinerja Lembaga-Lembaga Negara dan Pidato Kenegaraan dalam rangka memperingati HUT Kemerdekaan Negara Republik Indonesia ke 79 Tahun 2024, pada pukul Pukul 09.30 wib.

Selanjutnya, Presiden Republik Indonesia juga menyampaikan Pidatonya pada Sidang Pembukaan Masa Persidangan Pertama DPR-RI tahun 2024/2025 dalam rangka penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBN Tahun Anggaran 2025 beserta Nota Keuangannya pada pukul pukul 13.30 WIB.

Supadi juga menyampaikan, bangsa Indonesia telah memproklamasikan Kemerdekaannya tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan tersebut tentu tidak diperoleh dengan mudah, tetapi penuh dengan pengorbanan.

“Jangan pernah kita lupakan jasa para pahlawan yang telah berjuang untuk kemerdekaan bangsa ini. Kemerdekaan hanya sebagai syarat dan titik awal untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang dicita-citakan. Kita harus terus berjuang dalam mengisi kemerdekaan untuk keja­yaan Negara Indonesia, dengan berinovasi dan berkarya agar Indonesia men­jadi Negara yang ma­ju sebagaimana yang dicita-cita oleh founding father, Bung Karno dan Hatta,” ucapnya.

Sasaran mewujudkan cita-cita kemerdekaan Negara Republik Indonesia, yaitu masyarakat adil dan makmur, telah dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Pan­jang Nasional (RPJPN) Tahun 2025-2045 dengan visinya “ Mewujudkan Indonesia Emas pada Tahun 2045 “ yang ditunjukan dengan tingginya tingkat kesejahteraan masya­rakat, tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan kehidupan berdemokrasi.

Sementara itu, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Sidang Bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang disiarkan secara virtual dari Kompleks Parlemen, Se­na­yan, Jakarta.

Dalam awal pidatonya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo me­nyam­­­paikan ucapan terima kasih kepada seluruh masya­rakat Indonesia atas dukungan yang dibe­rikan kepadanya selama 10 ta­hun menjadi presiden.

Jokowi mengatakan, ia ber­­sama Ma’ruf Amin mam­pu mewujudkan pem­bangu­nan dan pera­da­­ban baru yang Indonesia sentris.

Jokowi juga memaparkan beberapa capaiannya selama periode ke­pe­mim­pinannya. Pemerintahannya dapat membangun 366.000 Kilometer jalan desa, 1,9 juta meter jembatan desa, 2.700 kilometer jalan tol baru, 6.000 kilometer jalan nasional, dan 50 pelabuhan dan bandara baru.

Jokowi juga juga me­nyebutkan bahwa pe­me­rin­tahannya dapat membangun 43 bendungan baru dan mewujudkan 1,1 juta hektar jaringan irigasi baru sehingga biaya logistik berkurang dari 24 persen menjadi 14 persen pada 2023.

Dirinya bersama Ma’ruf Amin mampu me­nu­run­kan tingkat pengangguran dari 5,7 persen menjadi 4,8 persen dan memberikan perlindungan bagi masyarakat ekonomi bawah, salah satunya me­lalui program Jaminan Ke­sehatan Nasional (JKN).

Pemerintahannya juga mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 361 Triliun untuk Kartu Indonesia Sehat selama 10 tahun terakhir dan sudah dirasakan manfaatnya oleh lebih dari 92 juta peserta JKN per tahunnya mulai dari usia dini sampai lansia.

Prestasi lainnya yang diungkapkan Jokowi adalah pemerintahannya mampu mengambil alih aset yang selama puluhan tahun dikelola dan diambil manfaatnya oleh pihak asing seperti Freeport, Blok Rokan dan Newmont.

Jokowi menutup pidato kenegaraannya dengan menyampaikan permohonan maaf atas setiap hati, harapan dan keinginan yang tidak bisa diwujudkan oleh pemerintahannya.

Siangnya, acara Rapat Paripurna Istimewa dilanjutkan pada agenda kedua, yakni mengikuti siaran langsung pidato kenegaraan Presiden Republik Indonesia pada penyampaian Keterangan Pemerintah atas RUU tentang APBD Tahun Anggaran 2025 beserta nota keuangannya.

Dalam pidatonya, Pre­siden Joko Widodo menyampaikan bahwa peran APBN harus dimanfaatkan untuk memperkokoh lompatan kemajuan, sehingga Indonesia bisa keluar dari middle-income trap yakni dengan memanfaatkan bonus demografi, melanjutkan transformasi eko­no­mi, meningkatkan daya tarik investasi dan membuka lebih banyak lapangan kerja.

“APBN 2025 dirancang untuk menjaga stabilitas, inklusivitas, dan keberlanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pemerataan melalui pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” ungkap Presiden Joko Widodo.

Penyusunan RAPBN 2025 didasarkan pada asum­si inflasi akan dijaga pa­da kisaran 2,5%, pertumbuhan ekonomi di­per­kirakan sebesar 5,2%.

Presiden Jokowi menekankan perlunya melanjutkan reformasi struktural, terjaganya kebijakan fiskal yang sehat, dan desain belanja dan pendapatan serta pembiayaan yang dirancang fleksibel untuk menghadapi ke­tidak­pastian ekonomi. (hsb)

Exit mobile version