PADANG, METRO – Fenomena tren remaja yang menyayat lengannya menggunakan silet dan kaca terjadi di SMP 39 Padang di Purus, Kecamatan Padang Barat. Sehingga membuat guru-guru yang mengajar di sekolah itu resah. Parahnya, aksi menyayat lengan itu dilakukan oleh murid perempuan di sekolah itu.
Dari hasil pemeriksaan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Sumatera Barat yang turun langsung ke sekolah itu, diduga para murid di sekolah itu juga sudah kecanduan merokok dan terindikasi menggunakan lem maupun narkoba jenis daun ganja dan sabu.
Kepala BNNP Sumbar Brigjen Pol Khasril Arifin melalui Plt Kepala Seksi Rehabilitasi BNNP Sumbar, dr Marryo Borry WD mengatakan, pihaknya turun langsung ke sekolah itu, setelah adanya laporan dari Penggiat Anti Narkoba yang berkerja sama dengan BNNP Sumbar mendapatkan informasi dari guru SMP 39 Padang, bahwa banyak siswi perempuan yang berperilaku menyimpang.
”Laporan yang kita terima, banyak para siswi yang menyayat tangannya menggunakan silet dan pecahan kaca yang dicurigai adanya pengaruh narkoba. Menindaklanjuti informasi itu, kita langsung mendatangi sekolah dan melakukan wawancara dengan murid perempuan yang mengiris lengannya itu,” kata Marryo, Selasa (16/10).
Marryo menambahkan, untuk memastikan murid perempuan itu terindikasi mengonsumsi atau tidak, pihaknya juga melakukan pemeriksaan urine terhadap enam orang sampel. Namun, dari hasil pemeriksaan urine tidak ada satupun yang positif narkoba.
”Dari hasil wawancara, mereka melakukan itu setelah melihat tren di media sosial facebook. Mereka mencontoh apa yang ditayangkan di facebook mengiris lengan dan itu menjadi kesenangan bagi mereka. Keenam siswa itu mengakui mengonsumsi lem untuk mabuk,” ungkap Marryo.
Marryo menjelaskan, juga didapatkan informasi kalau kakak kelasnya juga sering menggunakan narkoba jenis ganja dan sabu. Untuk itu, dalam waktu dekat, pihaknya akan melakukan tes urine kepada seluruh siswa di sekolah itu untuk memastikan ada atau tidaknya siswa yang mengonsumsi narkoba.
”Kita sudah menyarankan kepada guru karena kawasan sangat rawan peredaran narkoba sehingga para siswa butuh rehabilitasi. BNN akan turun ke lokasi melakukan pemeriksaan urine agar dapat dipastikan siapa saja siswa yang terindikasi mengonsumsi narkoba, sehingga kita bisa lakukan rehabilitasi,” jelas Marryo.
Marryo menuturkan, terkait tren siswa yang menyayat lengannya itu, pihaknya akan terus melakukan pemantauan dengan mendatangi sekolah itu sekali dalam seminggu untuk memberikan pendampingan psikologis dan rehalibitasi sehingga para siswi perempuan yang mengkonsumsi lem.
”Sekali seminggu saya akan datang kesana memantau siswi yang merokok dan mengeelem itu. Rehabnya kita yang datang ke sekolah. Mereka mengakui saat mengiris lengannya itu rasanya sakit, tapi mereka merasakan ada kesenangan tersendiri. Ini juga ada indikasi kelainan atau gangguan psikologis,” jelas Marryo.
Marryo mengungkapkan, menurut keterangan dari para guru-guru memang siswa di sekolah itu masih banyak yang mengiris lengannya. Dalam hal ini, pihaknya mengapresiasi pihak sekolah yang sangat terbuka sehingga pihaknya bisa melakukan penanganan lebih lanjut ke depan.
”Kita akan terus melakukan pendampingan kepada para siswa yang ada di sekolah ini. Apalagi ini merupakan kasus pertama kalinya di Sumbar. Menurut saya ini, karena ada pengaruh tren remaja di media sosial, dan tentu kita juga menggandeng dinas pendidikan untuk menangani kasus ini,” pungkasnya. (rgr)