Waspada Munculnya Ledakan Kasus, Positif Covid-19 di Sumbar Capai Angka Tertinggi, Dokter Andani: Jangan Parah Dulu Baru Ribut

RAPAT PPKM-Gubernur Sumbar, Mahyeldi Ansharullah dan Wakil Gubernur, Audy Joinaldy dan dihadiri Wakil Ketua DPRD Sumbar, Irsyad Syafar, jajaran OPD serta Forkopimda Sumbar melaksanakan rapat PPKM untuk menekan peningkatan Covid-19 di Sumbar, Rabu (7/7).

PADANG, METRO–Data sementara Tim Laboratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) dan Balai Penyidikan dan Pengujian Veteriner Wilayah II Baso, Rabu pagi (7/7), masyarakat Provinsi Sumbar terkonfirmasi positif terinfeksi Covid-19 mencapai 716 orang.

Jumlah tersebut hasil dari total sample terperiksa sebanyak  2.981 atau positivity rate 29,63 %, dan yang tertinggi dalam sejarah pandemi Covid-19 yang terjadi di Sumbar.

“Sekarang yang positif itu capai 716 orang. Belum pernah kita segitu,” ungkap Penanggungjawab Tim La­boratorium Diagnostik dan Riset Terpadu Penyakit Infeksi Fakultas Kedok­teran Unand, Dr. dr. Andani Eka Putra, M.Sc di sela-sela rapat pelaksanaan PPKM untuk menekan pening­katan Covid-19 di Sumbar, Rabu (7/7) di Auditorium Gubernuran.

Dengan kondisi ini, dr Andani mengingatkan, agar Sumbar waspada ter­hadap kemungkinan leda­kan kasus positif Covid-19. “Semua kepala daerah harus fokus dengan kondisi sekarang,” tegas dr Anda­ni, saat mengikuti rapat yang dipimpin oleh Guber­nur Sumbar, Mahyeldi An­sharullah dan Wakil Guber­nur, Audy Joinaldy.

Rapat juga dihadiri Wa­kil Ketua DPRD Sumbar, Irsyad Syafar, jajaran OPD di lingkup Pemprov Sumbar serta Forkopimda Sumbar dan juga mengikutser­ta­kan empat wali kota yang daerahnya memberlaku­kan PPKM mikro, melalui zoom metting. Empat wali kota tersebut yakni, Wali Kota Padang, Hendri Septa, Wali Kota Bukittinggi, Er­man Syafar, Wali Kota Pa­dang Panjang, Fadly Am­ran dan Wali Kota Solok, Zul Elfian.

Diungkapkan dr An­dani, saat ini tracing dan testing di Sumbar menga­lami pe­nurunan. “Indikator positivity rate di bawah 10 persen, sekitar enam hing­ga de­lapan persen. Seka­rang baru 2,8 persen. Kon­tak tracing idealnya 10 sam­pai 15 persen, kita baru sekitar 3 atau 4 persen. Jauh kan? Isolasi mandiri maksimal 20 persen, seka­rang isolasi mandiri kita lebih dari 20 persen, bah­kan bisa 70 per­sen,” ung­kapnya.

Dengan turunnya tra­cing, testing dan mening­katnya isolasi mandiri, diakui dr Andani, saat ini pengendalian Covid-19 yang dilakukan tidak bagus.  “Testing dan tracing turun, isolasi mandiri banyak, ke­patuhan masyarakat jelek. Pesta baralek masih ada. Baralek boleh tapi tidak boleh makan di lokasi pes­ta. Rumah makan boleh buka, tapi syaratnya ada protokol kesehatan (pro­kes). Kalau tidak prokes didenda dan dihukum. Ini yang tidak jalan,” ung­kapnya.

Dr Andani juga mengi­ngatkan, meski harus was­pada, namun dirinya tidak berharap adanya penge­tatan, karena dampaknya membunuh ekonomi ma­syarakat. Pengetatan me­nurutnya, harus jadi jurus terakhir saat tidak siap dari awal melakukan proses pengendalian Covid-19. “Saya ingin Sumbar jadi contoh pengendalian pan­demi. Jangan parah dulu baru ribut,” ujarnya.

Sementara, Gubernur Sumbar, Mahyeldi An­sha­rullah mengatakan, di be­be­rapa pemerintah kabu­paten kota, sudah menyi­kapi terkait kondisi per­kembangan kasus Covid-19 hari ini. Mereka menyi­kapi melaksanakan sejum­lah langkah dan kordinasi. Di antara mereka juga su­dah menindaklanjuti apa yang diperintahkan Men­dagri dalam instruksinya terkait pemberlakukan pem­batasan kegiatan ma­syarakat (PPKM) Mikro.

“Di antara langkah yang diambil, penanganan pada skala mikro. Instruk­sinya ada desa, kelurahan, nagari hingga RT. Di tingkat RT seperti yang ada di Kota Padang dengan hadirnya Kongsi Covid-19,” ungka­pnya.

Untuk isolasi mandiri di tinggak desa, nagari maksi­mal ada 20 persen dan disediakan fasilitasnya di tingkat nagari dan kabupa­ten kota. Mahyeldi me­nam­bahkan, ketika tracing dan testing ditingkatkan. Ada pemerintah kota, ka­bupaten dan nagari yang memfasilitasi ketersediaan tempat untuk pena­nga­nannya.

“Kita tingkatkan testing dan tracing. Kemudian me­nerapkan disiplin penera­pan protkol kesehatan (pro­kes) di semua lini de­ngan mematuhi peraturan daerah di masing masing daerah. Di tingkat nagari perlu penekanan. Ketika testing dan tracing dimak­simalkan akan ada pe­ningkatan angka positif Covid-19. Maka, 20 persen nantinya yang akan isolasi mandiri, selebihnya isolasi di nagari dan kabupaten,” tegasnya.

Danrem 032/Wirabraja, Brigjen TNI Arief Gajah Mada, S.E.,M.M mengata­kan, empat kota di Sumbar, yakni Kota Padang, Padang Panjang, Solok dan Bu­kittinggi  dilaksanakan pe­ngengatan melalui PPKM Mikro karena kasus Covid-19 di daerah tersebut naik pada level empat.

“Empat kota yang naik ke level empat. Satgas Co­vid-19 Provinsi Sumbar me­rasa terpukul dengan kon­disi ini. Pengetatan yang dilak­sanakan belum berjalan dengan maksimal selama ini. Perlu ada pe­nanganan khusus untuk tempat kera­maian dalam menerapkan prokes. PPKM mikro diper­ketat di empat kota ini, dilak­sanakan se­suai aturan.

Tingginya angka positif Covid-19 karena lemahnya penerapan prokes Covid-19. Seperti di Kota Padang, lemahnya prokes tergam­barkan dari peristiwa yang sempat viral di Rumah Ma­kan Bebek Sawah. Emak-emak yang memvideokan kondisi di Rumah Makan Bebek Sawah tersebut me­rupakan Perantau asal Pa­dang yang pulang ke Pa­dang karena terjadinya lockdown di DKI Jakarta.

“Dengan kondisi ini, kita harus peduli dan responsif. Tempat yang menim­bulkan keramaian yang tinggi dan massif perlu ditangani se­cara sinergitas. Satgas yang memiliki peran ma­sing-masing harus ber­tanggungjawab mendisip­linkan penerapan prokes di tengah masyarakat,” te­gas­nya. (fan)

Exit mobile version