Oleh: Reviandi
PARTAI Amanat Nasional (PAN) tiba-tiba menjadi heboh sepanjang Selasa (11/2). Bagaimana tidak Kongres V di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara, sejak 10 Februari 2020 berubah ricuh. Bahkan, kursi-kursi berterbangan di dalam ruangan kongres. Namun, alih-alih terhenti, Zulkifli Hasan (Zulhas) tetap keluar sebagai Ketua Umum DPP PAN untuk periode kedua.
Pacah talua, karena biasanya ketum PAN hanya satu periode. Sejak dari Amien Rais, Sutrisno Bachir, sampai Hatta Rajasa. Kini, mantan Ketua MPR itu kembali berkuasa, bahkan lepas dari “bayang-bayang” Amien Rais. Karena kursi Majelis Pertimbangan Partai (MPP) PAN diambil alih Hatta Rajasa. Tapi, apakah ada pengaruhnya terhadap Pilkada, terutama di Sumbar? Tentu saja ada.
Saat partai-partai lain sudah mengerucutkan calon ke satu jagoan, PAN masih galau dalam menentukan Gubernurnya. Setidaknya ada tiga orang yang berpotensi maju dari PAN yang berbekal 10 kursi di DPRD Sumbar (minus 3 kursi). Mereka adalah, Ketua DPW PAN Sumbar yang juga Bupati Padangpariaman Ali Mukhni, pengurus DPP PAN Epyardi Asda dan juga mantan caleg DPR RI dari PAN Shadiq Pasadigoe yang dua periode jadi Bupati Tanahdatar.
Dari tiga nama ini, semuanya masih berpeluang maju. Meski Epyardi Asda disebut-sebut lebih condong maju sebagai calon Bupati Solok. Bulan lalu saat bersilaturahmi dengan puluhan awak media, mantan anggota DPR RI tiga periode itu mengaku belum menentukan pilihan. Maju sebagai calon Gubernur atau Bupati. Sampai kemarin pun, belum ada kepastiannya.
Berbeda dengan Ali Mukhni yang telah nyata-nyata menyatakan diri sebagai calon Gubernur dengan baliho-balihonya yang super besar sampai ke Kota Padang. Beragam foto pembangunan di era kepemimpinannya (2011-2020) ditampilkan dengan harapan menarik pemilih. Namun sayang, namanya belum dipastikan oleh DPP PAN.
Nama terakhir, Shadiq Pasadigoe yang di luar dugaan kalah di Pemilu legislatif lalu dari Athari Gauthi Ardi yang tak lain adalah anak dari Epyardi Asda. Bahkan, Shadiq juga tak mampu menggeser kursi Asli Chaidir yang juga melenggang ke Senayan dari posisi nomor dua di Dapil Sumbar 1. Dengan “rangking” tiga itu, mungkin jadi pertimbangan bagi PAN memajukannya sebagai calon Gubernur atau Wakil Gubernur. PKB dikabarkan bersedia mengusung Shadiq, jika mampu mendapatkan tambahan kursi. PKB memiliki tiga kursi di DPRD Sumbar, dan kekurangan 10 kursi lagi.
Tiga nama itu – minimal dua orang, tentu akan memulai perburuan mendapatkan simpatik Ketum PAN Zulhas yang baru saja memenangkan kongres. Atau bisa saja sudah memulainya dari prakongres berlangsung. Namun sayang, satu bakal calon Ketum PAN yang diduga jagoan Ali Mukhni dan Shadiq, Asman Abnur malah mundur dari kongres sebelum benar-benar dimulai.
Kedekatan Shadiq dengan Asman Abnur tak perlu diragukan. Karena, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN RB) itu pernah bekerja sama dengan Shadiq jelang pensiun di pusat. Sementara Ali Mukhni, juga kerap mengundang Asman ke Padangpariaman dengan sejumlah programnya. Asman juga orang Piaman. Tentunya, Asman awalnya menjadi kunci keduanya maju Pilgub 2020.
Atau berharap, mundurnya Asman Abnur karena ada deal-deal dengan Zulhas. Bisa jadi tentang calon-calon di Pilgub, atau kesepakatan lain. Karena, dua calon ketum lain lain, Drajad Wibowo dan Mulfachri Harapan tetap melaju sampai pemilihan. Tapi, apakah ada bahasan soal Ali Mukhni atau Shadiq Pasadigoe, kita lihat saja. Atau jangan-jangan Epyardi Asda yang mendapat restu dari Zulhas. Karena dia pengurus DPP PAN.
Siapapun yang diusung PAN akan selalu menarik untuk ditunggu. Karena, PAN adalah partai tiga besar di Sumbar. Untuk mengusung calon, hanya perlu tambahan tiga kursi lagi dari PPP (4 kursi), PKB (3), PDI Perjuangan (3) dan NasDem (3). Atau “pasrah” berkoalisi dengan Gerindra (14), PKS (10) atau Demokrat (10). Tentunya hanya di opsi menjadi Wakil Gubernur dari Nasrul Abit, Mahyeldi, atau Mulyadi. Tapi, PKS sepertinya hampir “jadian” dengan PPP mengusung Mahyeldi-Audy Joinaldy.
Karena waktu relatif singkat, PAN harus bisa melakukan lobi-lobi. Namun, jangan terlalu lama, karena calon-calon lain sudah berpasangan. Kalau PAN tak cepat-cepat memutuskan, bisa jadi kursi “terbang” juga terjadi di Pilgub Sumbar. Artinya, 10 kursi PAN akan terbang melayang dan hanya menjadi penonton saat jagoan-jagoan dari partai lain atau independen bertarung. (wartawan utama)