Kritik Bengkaknya Biaya HUT RI di IKN, Legislator PKS Sesalkan Penghamburan Uang Negara Ditengah Maraknya PHK

BERBINCANG— Presiden Joko Widodo berbincang bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin dan para Menteri kabinet saat mengunjungi Embung MBH di Ibu Kota Nusantara (IKN), Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Senin (12/8).

JAKARTA, METRO–Anggota Komisi IX DPR RI fraksi PKS Netty Praseti­yani Aher, mengkritik sikap pemerintah terkait mem­ben­g­kak­nya anggaran peringatan HUT ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN) sebagai kewajaran. Padahal, rakyat mengalami kesulitan di tengah maraknya pemutusan kerja.

“Di mana kewajarannya? Saat ini kondisi rakyat sedang mengalami kesulitan akibat badai PHK, mengapa negara justru menghamburkan uang untuk seremoni?” kata Netty Pra­setiyani Aher kepada wartawan, Selasa (13/8).

Pemerintah menyatakan membengkaknya biaya peringatan HUT ke-79 RI lantaran kegiatan digelar di dua tempat, yakni di Jakarta dan di IKN. Masih terbatasnya infrastruktur di IKN membuat pemerintah harus mengalokasikan biaya transportasi dan akomodasi yang besar bagi para tamu.

“Tentu saja biayanya beng­­kak karena infrastruktur be­lum siap tapi sudah dipaksakan untuk membuat acara di IKN. Apakah demi gengsi semata maka uang negara dikeluarkan jor-joran,” tuturnya.

Jika pemerintah peka, lanjut Netty, seharusnya fokus pada penyelesaian berbagai persoalan dan pekerjaan rumah (PR) di masyarakat akibat lesunya pertumbuhan ekonomi.

“Saat ini kita tengah me­ng­hadapi badai pemu­tu­­san hubungan kerja (PHK)­ yang pasti berdampak pada pere­ko­nomian masyarakat. Bukankah ini lebih prioritas untuk ditanggulangi?,” papar Netty.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, telah terjadi PHK bagi 101.536 ka­rya­wan pada Januari hingga Juni. Jumlah pekerja yang terdampak PHK diperkirakan akan terus meningkat hingga akhir 2024.

“Contohnya, sektor tek­stil dan pakaian jadi yang mengalami pelambatan pertumbuhan sehingga harus mela­kukan PHK pekerja, bahkan penutupan pabrik.  Ironinya, belum ada intervensi dari pemerintah untuk mengatasinya, malah sibuk buat acara megah di IKN. Pemerintah harusnya prioritaskan ini,” ungkap Netty.

Lebih lanjut, legislator yang juga bertugas di Komisi Ketenagakerjaan dan Kesehatan DPR itu juga menyoroti adanya puluhan juta peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) non-aktif saat ini. Ber­da­sar­kan data per 1 Juni 2024,  dari total 273 juta peserta BPJS, terdapat 58,3 juta peserta yang berstatus non-aktif

“Artinya peserta nonaktif JKN ini sebagian besarnya menunggak iuran. Penyebabnya antara lain karena miskin, karena di-PHK, karena kesulitan eko­nomi,” cetusnya.

Menurut Netty, alasan kemiskinan dan kesulitan eko­nomi juga membuat masyara­kat banyak yang terjerumus pinjaman online (pinjol).

“Bukankah lebih prioritas jika anggaran negara digu­nakan untuk subsidi keluarga ­korban PHK dan pelunasan tunggakan BPJS sehingga masyarakat  ti­dak berutang di pinjol,” pungkasnya. (jpg)

Exit mobile version