Di sisi lain, ia juga berpendapat, dirinya dan mahasiswa lainnya, bukan lagi jadi penyeimbang narasi politik, tapi akan menjadi lawan politik akan adanya narasi-narasi kampanye yang narsistik dan gimik.
“Kita semua tahu dan paham bahwa joget tidak akan memperkaya literatur kebangsaan untuk masyarakat, kita perlu melihat dan mempercayakan pemimpin yang menggambarkan proses karier yang jelas,” tegasnya.
Dikatakan Lamdahur, Kepresidenan Mahasiswa Usakti, BEM STIAMI, BEM YARSI, BEM TRILOGI, dan BEM Esa Unggul berharap mahasiswa tiap daerah dan masyarakat sipil mengkritisi setiap tawaran politik dari setiap calon dan paslon.
“Menjelang debat kampanye cawapres, masyarakat ingin adanya pemimpin yang mampu berbicara pengembangan ekonomi, strategi kebijakan fiskal, dan moneter, pengembangan PSN memperhatikan sektor HAM,” pungkasnya.(jpj)