Pessel-Mentawai yang tak Seimbang

Oleh: Reviandi

Jika usulan KPU Sumbar membagi daerah pemilihan (Dapil) Sumbar 6 menjadi dua, maka kemungkinan gabungan Pesisir Selatan (Pessel) dengan Kepulauan Mentawai akan bernama Dapil 9 untuk DPRD Sumbar. Pada Pemilu 2019, Dapil ini disebut dengan Dapil Sumbar 8.

Yang jelas, KPU masih menetapkan tujuh kursi untuk Dapil yang saat ini dihuni 516.600 jiwa di Pessel dan 91.694 jiwa di Kepulauan Mentawai itu. Total penduduk hari ini mencapai 608.294 yang dirasakan masih pas dengan jumlah kursi sebelumnya. Dengan jumlah tak seimbang itu, sangat sulit untuk Mentawai mengirimkan wakilnya ke DPRD Sumbar.

Pada Pemilu 2014 lalu, Sudarmi Sanogo pernah mendapatkan kursi dari Dapil ini. Dia menjadi satu-satunya orang Mentawai yang lolos ke DPRD Sumbar. Mengalahkan Muchlis Yusuf Abit, adik kandung Bupati Pessel pada waktu Nasrul Abit. Meski berada di daerah “minoritas” Sudarmi Sanogo mendapatkan satu kursi Partai Gerindra saat itu.

Sayang, pada Pemilu 2019 Sudarmi Sanogo tak mampu lagi menuju DPRD Sumbar karena kalah dari Muchlis Yusuf Abit yang saat itu menjadi Ketua OKK DPD Partai Gerindra Sumbar. Sedangkan Nasrul Abit telah menjadi Wakil Gubernur Sumbar, sekaligus Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar.

Meski Muchlis Yusuf Abit berhasil memenangkan kursi Gerindra di Dapil 8, ternyata Partai Gerindra sendiri bukanlah pemenang di Dapil itu. Baik untuk DPRD Sumbar, atau DPRD Kabupaten Pessel. Gerindra harus mengakui ketangguhan Partai Amanat Nasional (PAN). Di DPRD Sumbar, PAN mendapatkan 26.571 suara, sedangkan Gerindra di posisi kedua dengan 33.829 suara.

Tujuh kursi dibagi habis oleh tujuh partai politik (parpol), tak ada yang mendapatkan dua kursi dari 302.598 suara sah dari Pessel-Mentawai. Kursi pertama diduduki Muhayatul dengan 11.823 suara pribadi dan Muchlis Yusuf Abit lebih tinggi, 13.226 suara.

Pada 2024 mendatang, posisi Yusuf Abit sebenarnya sedang terancam oleh mantan Caleg Gerindra DPR RI Afrizon Nazar Uncu yang kini disebut-sebut menjadi Ketua DPC Gerindra Pessel. Saat Pileg lalu, mantan Kadis Pertanian Pessel ini mendapatkan 35.256 suara yang 22.727 suaranya berasal dari Pessel dan 159 dari Mentawai. Uncu bahkan unggul dari tokoh perempuan Gerindra Edriana yang hanya punya 35.146 suara.

Tentunya, kedatangan Uncu di Dapil ini, selain menjadi pesaing Muchlis Yusuf Abit, juga membuka peluang Gerindra menambah satu kursi lagi dan menjadi jawara Dapil delapan atau sembilan. Tentu akan mengancam jagoan PAN Muhayatul dan calon-calon anggota DPRD Sumbar dari PAN yang lain.

PPP pada 2019 lalu mendapatkan tempat yang cukup baik di Dapil ini, berbeda dengan 7 Dapil lainnya di DPRD Sumbar. Karena, banyak kursi PPP berasal dari kursi terakhir, atau hilang seperti di Dapil 1 (Kota Padang). Dengan hadirnya Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy di PPP, bisa saja membuat suaranya naik drastis di banding 2019 dengan 30.594. Kursi sendiri diduduki Imral Adenansi dengan 7.913 suara.

Imral yang disebut-sebut akan maju Pilkada Pessel 2024 ini, dipastikan akan kembali berlaga menjadi calon anggota DPRD Sumbar kembali. Karena, PPP harus menjaga posisi kursi mereka di Dapil ini, untuk memastikan langkah Audy Joinaldy pada Pilgub Sumbar 2024. Jika kuat, bisa saja Audy mendapatkan posisi tawar yang baik menjadi calon Gubernur Sumbar, bukan sekadar wakil Gubernur mendampingi Mahyeldi dari PKS.

Sementara bagi PKS, kursi DPRD Sumbar juga sangat penting. Karena akan menentukan nasib mereka di Pilgub 2024 mendatang. Jika tembus 13 kursi, saat ini 10 kursi, maka PKS tak butuh koalisi menjuju Mahyeldi dua periode. Pada 2019 lalu, PKS hanya berada di posisi kursi keempat dengan total suara 28.234 suara. Kursi awalnya diduduki Hamdanus dengan 9.500 suara.

Hamdanus kemudian harus mundur dari kursi DPRD Sumbar karena maju Pilkada mendampingi incumbent Bupati Pessel Hendra Joni dan digantikan Mochklasin. Kader senior PKS yang sudah hadir di DPRD Sumbar dari Dapil berbeda. Sayang, Hendra-Joni Hamdanus yang diusung NasDem-PKS harus kalah dari koalisi Gerindra-PAN yang menjagokan Rusma Yul Anwar-Rudi Hariyansyah.

Pada Pileg 2024 mendatang, tentunya Hamdanus dan Mochklasin akan kembali bersaing. Sebenarnya, Mochklasin bukanlah PAW langsung Hamdanus pada 2020 itu. Pemilik suara di bawah Hamdanus 2019 adalah Benny Jovial dengan 6.544 suara. Benny adalah mantan anggota DPRD Pessel dari PKS. Kini Benny menjabat Ketua DPD Partai Gelora Pessel dan keluar dari PKS. Itulah yang akhirnya membuat Mochklasin dilantik sebagai anggota DPRD Sumbar.

Dengan pengalamannya itu, tentu Benny akan berjuang kembali ke DPRD Sumbar dari Partai Gelora. Bisa saja, Benny akan mengancam kursi ketujuh yang dihuni Partai NasDem. NasDem 2019 mendapatkan 23.444 suara dan menempatkan mantan birokrat senior Solsel dan Pessel Bakri Bakar sebagai anggota DPRD Sumbar dengan suara 9.464. Ancaman lain NasDem tentu kursi kedua dari Gerindra atau PAN.

Partai Demokrat masih menjadi partai yang diterima dengan baik di Pessel. Ketua DPC Demokrat Pessel Ali Tanjung adalah anggota DPRD Sumbar 2019-2024 dengan suara 10.323 dari total 26.933 suara Demokrat. Jika tak ada aral melintang, Ali yang sangat aktif di Dewan ini akan kembali melenggang dan berpeluang maju menjadi calon Bupati Pessel 2024.

Sementara Partai Golkar harus kembali bekerja keras menghadapi Pileg 2024 ini. Jangan sampai terulang “kasus” 2019 lalu dan hanya mendapatkan kursi keenam di Dapil 8 ini atas nama Zarfi Deson yang mendapatkan 8.248 suara dari 25.976 total suara Golkar. Golkar adalah mantan raja di Pessel.

Kembalinya Alirman Sori sebagai calon anggota DPR RI Dapil 1 Sumbar dari Partai Golkar, tentu menambah kekuatan. Alir adalah mantan Ketua DPRD Pessel dari Golkar dan pernah menjadi Ketua DPD Partai Golkar Pessel. Ketua DPD Golkar Pessel saat ini Syafril Saputra juga bertekad untuk kembali membangkitkan kejayaan Golkar di Pessel.

Partai-partai lain tentu tak akan tinggal diam pada Pileg 2024 nanti. Seperti PDI Perjuangan yang 2014 lalu menempatkan satu kadernya Akhiar sebagai anggota DPRD Sumbar, tentu akan kembali mengusung satu kursi. Begitu juga Partai Hanura yang juga kehilangan kursi 2019 lalu. Partai-partai baru seperti Partai Buruh, PKN, Gelora dan lainnya juga bisa berpeluang.

Utamanya tentu Partai Kebangkitan Nusantara (PKN) yang Ketua Pimpinan Daerah (Pimda) Sumbarnya dijabat Dedi Rahmanto Putra. Dedi adalah mantan Ketua DPRD Pessel dari Partai Golkar dan pernah menjadi calon Bupati Pessel 2020. Tentu, Dedi akan berjuang mendapatkan kursi DPRD Sumbar, baik dengan memajukan diri sendiri atau kader lain.

Jadi, siapa yang akan duduk di DPRD dari Dapil duo daerah pesisir mungkin harus menghayati apa yang pernah disampaikan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imin. “Politik akan penuh makna dan memiliki kekuatan apabila mengakar dengan budaya dan tradisi yang kokoh.”

Jadi, PKB tentu harus mencari akar dan budaya pesisir agar bisa mendapatkan kursi dari sini, bisa dari Pessel atau Kepulauan Mentawai. Atau bisa maksimalkan peran kader utama PKB, Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Abdul Halim Iskandar (Gus Halim) untuk memperkuatnya. (Wartawan Utama)

Exit mobile version