Selain Dapil Sumbar 1 (Kota Padang), KPU Sumbar juga mengusulkan penambahan satu kursi untuk daerah pemilihan (Dapil) Solok Raya yang terdiri dari Kabupaten Solok, Kota Solok dan Kabupaten Solok Selatan (Solsel). Pada Pemilu 2019 Dapil ini disebut Dapil Sumbar 7, tapi kemungkinan 2024 bernama Dapil Sumbar 8. Karena, dipecahnya Dapil Sumbar 6 (Tanahdatar, Padangpanjang, Sijunjung, Sawahlunto dan Dharmasraya) menjadi dua.
Jika awalnya Dapil ini menyediakan tujuh kursi, pada 2024 berkemungkinan menjadi delapan kursi. Satu kursi diambilkan dengan pengurangan dari Dapil Sumbar Sumbar 2 (Pariaman dan Padangpariaman) atau Dapil 4 (Pasaman Barat dan Pasaman). Tentunya, ini menjadi kabar gembira bagi para bakal calon yang akan bertarung di Dapil yang berat ini.
Saat ini, KPU Sumbar mengajukan dua opsi pergeseran daerah pemilihan untuk DPRD Sumbar pada Pemilu 2024. Penataan daerah pemilihan dan alokasi kursi anggota DPRD Sumbar dilakukan menjalankan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 80 2022 dan Surat Dinas KPU Nomor 51 2023 yang meminta KPU provinsi melakukan penataan dan mengusulkan ke KPU pusat. Jumlah kursi tetap sama 65.
Dapil Solok Raya ini menarik, karena tiga daerah yang ada, tidak memiliki keseimbangan jumlah penduduk. Penduduk Kabupaten Solok mencapai 397.276, Solok Selatan 182.181 dan Kota Solok hanya 77.535 orang saja. Total warga di daerah ini mencapai 656.992 dan diajukan memiliki 8 kursi. Penambahan ini, akan mengubah peta pencalegan.
Pada Pileg 2019 lalu, komposisi partai politik di Solok raya dapat dikatakan merata. Tidak ada satupun partai yang mendapatkan dua kursi dari 7 kursi yang tersedia. Gerindra, PAN, Golkar, Demokrat, PKS, NasDem dan PPP masing-masing hanya mendapatkan satu kursi. Ada peluang, jika terjadi penambahan kursi, Gerindra, PAN dan Golkar akan mencoba mendapatkannya
Tentunya, tidak menutup kemungkinan untuk partai-partai baru mendapatkan kursi itu. Seperti PDI Perjuangan, PKB, Gelora dan lainnya, yang saat ini cukup memiliki basis yang juga di Solok Raya. Tentunya, peluang mendapatkan satu kursi tambahan itu, akan dimaksimalkan partai-partai non-parlmen di DPRD Sumbar dari Dapil Solok Raya.
Jika menilik Partai Gerindra yang menjadi pemenang tahun 2019 dengan 53.935 suara dan kursi untuk Mario Syah Johan (15.518 suara) dari Solok Selatan, tentunya kabar penambahan kursi akan menarik. Satu kader Gerindra lainnya sedang disiapkan untuk meningkatkan suara, demi menggandakan kursi di Dapil itu. Tentunya, kader-kader dari Kabupaten Solok, dan Kota Solok akan berebut.
Kursi kedua dimiliki PAN dengan total suara 44.897 dan kursi diduduki Ahmad Rius yang mendapatkan 11.458 suara. Ahmad Rius adalah wakil dari Kabupaten Solok dan pernah menjadi ketua DPD PAN Solok. Siapa yang akan menantang Ahmad Rius tentu saja menarik untuk ditelisik. Karena, PAN kabarnya juga akan menhadirkan mantan Plt Bupati Solsel Abdul Rahman di Dapil ini. Belum lagi “orangnya” Bupati Solok Epyadi Asda yang merupakan Ketua DPP PAN. Jadi, PAN juga bisa mendapatkan satu kursi tambahan.
Golkar adalah raja di Solok Raya pada masa lalu. Pernah, ketiga daerah ini dimenangkan oleh partai beringin itu. Sayang, 2019 lalu, Golkar hanya berjaya di Solok Selatan saja. Kursi DPRD Sumbar di Dapil ini diambil oleh Ketua DPD Golkar Sumbar Khairunas dengan 21.023 suara dari total 42.104. Maju Pilkada dan menang, Khariunas digantikan oleh Hardinnalis Kobal, mantan Ketua DPRD Kabupaten Solok. Setidaknya, kursi Solsel beralih ke Kabupaten Solok.
Demokrat menempatkan satu orang wakilnya, yaitu mantan Wali Kota Solok Irzal Ilyas dengan suara 14.072 dari total suara Demokrat 39.160. Kemungkinan besar, Irzal akan kembali bertarung ke DPRD Sumbar dan akan bersaing dengan Ketua DPC Partai Demokrat Kabupaten Solok, Iriadi Dt Tumanggung. Mantan Calon Bupati Solok yang dikalahkan Epyardi Asda.
PKS juga menempatkan kadernya Nurfirmanwansyah dengan 10.572 suara dari total suara PKS 34.341. Ancah – begitu dia biasa disebut adalah mantan Bupati Solsel di awal kepemimpinan Muzni Zakaria 2010-2015. Kemungkinan, dia akan kembali mendapatkan kursi ini, meski jagoan dari Kota Solok dan Kabupaten Solok ikut bertarung. Itu pun kalau Nurfirmanwansyah tidak dimajukan ke DPR RI oleh PKS.
Satu kursi DPRD Sumbar di Dapil ini sepertinya akan berganti dari Partai Nasdem. Karena Irwan Afriadi yang mendapatkan 11.408 suara dari total 25.592 suara NasDem akan mencoba naik kelas ke DPR RI. Dengan masifnya pergerakan NasDem akhir-akhir ini, bukan mustahil partai ini juga bermimpi mendapatkan dua kursi. Tentunya dengan syarat, Anies Baswedan jadi dimajukan sebagai calon Presiden.
Kursi ketujuh pada Pileg 2019 didapat oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP). PPP mendapatkan satu kursi dengan total suara 21.936 dan kursi diduduki Daswippetra dengan 6.134 suara. Pemilik kursi dengan suara tersedikit di Dapil ini. Dt Manjinjiang Alam, diketahui adalah pengurus PPP Sumbar yang lebih dekat dengan Kota Solok. Mungkin saja, Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy yang juga ketua DPP PPP dan asli Solok, bisa berkontribusi untuk meningkatkan suara.
Melihat komposisi kursi Dapil 7 Pemilu 2019 ini, ternyata Kabupaten Solsel menempatkan banyak wakilnya di banding daerah lain. Ada empat anggota dewan yang berbasis di Solsel yang menang, seperti Mario Syahjohan, Khairunas yang di PAW, Nurmirmanwansyah dan Irwan Afriadi. Sementara Kota Solok menempatkan dua orang, Irzal Ilyas dan Daswippetra. Kabupaten Solok hanya menempatkan satu orang, Ahmad Rius.
Komposisi 4, 2, 1 ini tentu akan berubah jika terjadi penambahan kursi. Kabupaten Solok, setidaknya harus menambah satu orang lagi, agar program-program yang bisa digiring di DPRD Sumbar bisa merata di Solok Raya. Meski kursi Golkar di Dapil ini akhirnya dikuasai orang Kabupaten Solok yang menggantikan tokoh Solsel.
Satu kursi terakhir benar-benar akan diperebutkan jelang Pileg 2024 berlangsung. Semua akan berjuang keras mendapatkannya dan memberikan segala yang mereka punya. Tentunya, warga Solok Raya berharap, 8 kursi ke depan akan dibagi rata dengan wakil rakyatnya. Untuk mendapatkan proporsi yang seimbang dalam pembangunan yang bisa dihadirkan dari DPRD Sumbar.
Kabupaten Solok sebagai daerah dengan penduduk terbesar ternyata menyetorkan wakil rakyat paling sedikit. Jika dihitung sejak 2019, hanya satu orang Ahmad Rius yang bisa mereka andalkan. Tentu ini menjadi pemicu juga, agar kursi terakhir ini bisa diandalkan. Tapi sayang, untuk Dapil DPRD Sumbar, partai politik lebih dominan ketimbang geografis Kabupaten.
Ronald Wilson Reagan, Presiden Amerika Serikat ke-40 pernah berujar, “Politik bukanlah profesi yang buruk. Jika Anda berhasil ada banyak penghargaan, jika Anda mempermalukan diri Anda, Anda selalu dapat menulis buku.” Jadi, kepada para wakil rakyat di Solok Raya, mari berjuang mempertahankan kursi yang telah diamankan. Bagi yang belum berhasil, mari coba lagi 2024. Yang belum pernah maju, ya ayo maju. (Wartawan Utama)