Apakah Covid-19 Dapat Ditularkan Serangga?

Oleh: Hasan Darmawan

Apa itu Covid-19 ? Menurut Muhammad Adnan Shereen dari Department of Cerebrovascular Disease, The Second Affiliated Hospital of Zhengzhou University, Covid-19 adalah singkatan dari Coronavirus Disease 19, sebuah penyakit infeksi yang sangat menular, disebabkan oleh virus yang dikenal sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2, umum dikenal dengan singkatan SARS-CoV-2.

Sebagaimana tersirat pada nama virus penyebabnya, Covid-19 memiliki manifestasi utama sebagai gangguan pada sistem pernafasan. Gejala-gejala yang dapat ditemui pada pasien Covid-19 antara lain misalnya demam, batuk kering, sesak nafas, edema paru, dan lain sebagainya. Selain itu, Covid-19 juga memiliki gejala-gejala diluar sistem pernafasan, misalnya nyeri kepala, mual-muntah dan diare.

Belakangan ini, terbongkar bahwasannya virus SARS-CoV-2 dapat ditemukan pada kotoran pasien. Fei Xiao dkk dalam jurnalnya pada Agustus 2020 lalu mengungkapkan bahwa virus SARS-CoV-2 dapat ditemukan pada kotoran pasien, sedangkan penelitian oleh Tongqiang Zhang dkk serta Yifei Chen dkk pada Maret 2020 lalu juga telah lebih dahulu mendeteksi materi genetik (RNA) dari SARS-CoV-2 pada kotoran pasien.

Hal ini tidak terlalu mengejutkan karena sebelumnya sudah diketahui bahwa virus SARS-CoV-2 memang dapat menginfeksi saluran pencernaan selain sistem pernafasan yang menjadi pintu masuknya ke tubuh manusia. Namun hal ini tetap meresahkan karena sejauh ini pemahaman tentang bagaimana virus SARS-CoV-2 dapat menular umumnya hanya berupa penularan melalui droplet infeksius yang dikeluarkan dari saluran pernafasan pasien Covid-19. Dengan ditemukannya virus dalam kotoran pasien, terbukalah kemungkinan adanya rute lain dari penularan Covid-19 yaitu rute Fecal-Oral (perpindahan bibit penyakit dari feces/ kotoran hinga mencapai oral/mulut manusia).

Secara teori, semua bibit penyakit yang menular secara fecal-oral dapat disebut sebagai patogen enterik karena kemampuannya untuk menimbulkan infeksi saluran pencernaan. Dalam proses penularannya tersebut, ada banyak faktor yang mempengaruhi, misalnya temperatur, kelembaban, cahaya dan lain sebagainya. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi penularan karena dapat memberikan efek pada ketahanan patogen enterik menghadapi lingkungan.

Lebih lanjut mengenai patogen enterik, Leo Heller dkk dan kemudian Willis Gwenzi mengemukakan bahwa ada 4 kemungkinan mekanisme dasar penularan SARS-CoV-2 secara fecal-oral, yaitu sebagai berikut :

  1. Kontaminasi air minum.
  2. Makanan perairan yang dimakan mentah atau dimasak kurang matang.
  3. Sistem produksi makanan atau akuakultur yang menggunakan air mentah.
  4. Peranan vektor mekanik yang dapat memindahkan bibit penyakit ke tempat yang lebih mudah terpajan pada manusia.

Mengenai penjelasan poin 4, contoh dari vektor mekanik antara lain beberapa serangga seperti misalnya lalat dan kecoak. Kedua serangga tersebut memiliki beberapa kesamaan, khususnya pada kemampuannya mengonsumsi berbagai zat organik termasuk zat-zat sisa kehidupan manusia (sisa makanan, dahak, sisa-sisa bangkai, kotoran, dan lain sebagainya).

Hal tersebut memang memampukannya untuk menjadi vektor mekanik dari beberapa patogen yang sebelumnya telah diketahui, misalnya disentri, kolera, trachoma, demam tifoid dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan selain serangga tersebut rentan terpajan dengan sisa-sisa manusia yang boleh jadi terkontaminasi bibit-bibit penyakit, serangga tersebut mampu memindahkan bibit penyakit tersebut dengan membawanya pada tubuhnya baik bagian eksternal maupun internal sehingga serangga yang terpajan dapat mengontaminasi semua tempat yang dihinggapinya dengan mulut, kaki dan kotorannya.

Oleh karena itu, Willis Gwenzi lebih lanjut menyatakan bahwa setidaknya ada 3 keadaan sosioekonomis yang sangat mendukung penyebaran SARS-CoV-2 jika ternyata dapat menular lewat perantara vektor mekanis, yaitu :

  1. Masyarakat yang tinggal dekat dengan sistem atau saluran pembuangan.
  2. Masyarakat yang memiliki sistem atau kebiasaan terkait sanitasi dengan kualitas yang buruk.
  3. Masyarakat dengan kebiasaan membiarkan makanan terbuka, khususnya yang dijual di pinggir jalan atau semacamnya.

Lantas apakah memang benar SARS-CoV-2 dapat menular melalui peranan vektor mekanis berupa serangga ? Malangnya pertanyaan tersebut masih belum dapat dijawab secara pasti karena sampai sekarang penelitian mengenai hal tersebut masih kurang.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Duan dkk yang kemudian dikutip oleh Rouhullah Dehghani dan Hamid Kassiri, dilakukan penelitian untuk mendeteksi SARS Coronavirus pada tubuh kecoak, hanya 1 dari 15 sampel swab yang mendapatkan hasil positif kurang pasti (uncertain positive), sehingga belum bisa dikatakan bahwa serangga-serangga tersebut memang merupakan vektor mekanik bagi Coronavirus.

Selain itu juga belum ada penelitian yang meneliti tentang ketahanan SARS-CoV-2 pada perairan saluran pembuangan, sehingga walaupun sudah terbukti virus tersebut dapat ditemukan pada kotoran pasien, penularan secara fecal-oral masih merupakan sebuah teori yang memerlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan kebenarannya. (Kode KKN: KKN PKP P 011, Dosen Pembimbing: Asrul Fahmi M.A.P, Asal Instansi: Universitas Malikussaleh)

Exit mobile version