“Jadi kondisi atlet ini ke depan bisa dipantau secara real time. Ini semua merupakan bagian dari ikhtiar menyiapkan dan memfasilitasi para atlet untuk mencapai prestai tertinggi hingga Olimpiade Los Angeles 2028,” kata Fadil Imran.
Sementara itu, Wakil Ketua Umum I PBSI, Taufik Hidayat menjelaskan bahwa pilot project program ini telah dicoba oleh Tim Ad Hoc Olimpiade Paris 2024. Namun datanya saat itu belum terstandarisasi dan mash tersebar di berbagai tempat.
Dengan adanya sport science analytics, kata Taufik Hidayat, data akan terintegrasi dan terstruktur sehingga dapat digunakan sebagai dasar pembuatan program latihan dan intervensi lainnya. “Tugas federasi adalah memfasilitasi proses dan menyiapkan suasana yang kondusif bagi perkembangan atlet,” ucapnya.
“Indonesia tidak boleh ketinggalan dalam memanfaatkan sains dan teknologi dalam membekali atlet menghadapi persaingan yang makin keras,” imbuh peraih medali emas tunggal putra Olimpiade Athena 2004 ini.
Platform ini memiliki dashboard yang dapat dipantau langsung oleh Ketua Umum, Wakil Ketua Umum I, dan Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Pelatnas PBSI. Tujuannya agar kondisi atlet dapat terpantau real time, termasuk tindak lanjut yang dibutuhkan.
“Platform ini bukan hanya untuk memantau kondisi atlet, tapi memantau juga kinerja pelatih teknik, pelatih fisik dan tim pendukung dalam mengembangkan program berbasis data,” kata Taufik.
Kehadiran sport science analytics disambut baik oleh Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Eng Hian. Mantan pelatih ganda putri Pelatnas itu berharap adanya platform ini dapat meningkatkan prestasi atlet.
“Kita ingin mencetak prestasi atlet, bukan hanya menunggu, bukan hanya melihat saja. Kita ingin PBSI mencetak juara juara bulu tangkis. Semoga dengan adanya sport science, semua yang kita inginkan cukup meningkatkan prestasi atlet,” jelas Didi, sapaan akrab Eng Hian. (jpg)
Komentar