“Misalnya, di trotoar yang akan dibangun di Permindo harus tersedia ram (jalan melandai) agar pengguna kursi roda dapat menggunakan trotoar secara mandiri. Juga harus ada gading block yang jadi panduan bagi penyandang tuna netra ,” ungkapnya.
Kemudian, pihaknya juga mengusulkan pembuatan lampu pengatur lalu lintas ramah disabilitas di depan toko Sari Anggrek, dimana saat menyeberang lampu tersebut mengeluarkan bunyi sebagai penanda bagi penyandang tuna netra. Sayangnya, menurut Miko, lampu tersebut dari saat diresmikan sampai sekarang tidak pernah hidup.
Miko menyampaikan bahwa membangun infrastruktur ramah disabilitas itu, seperti membeli satu barang mendapatkan 2 barang.
”Konsepnya beli satu dapat dua. Maksudnya, setiap infrastruktur yang ramah terhadap orang umum belum tentu ramah terhadap disabilitas, sebaliknya ramah terhadap penyandang disabilitas sudah pasti ramah terhadap masyarakat umum,” jelasnya. Sebab itu, Miko mendorong kota Padang menjadi kota ramah disabilitas.
Norman Yulian, Ketua Umum PPDI saat menyampaikan sambutannya mengapresiasi kepedulian banyak pihak untuk mewujudkan kesetaraan pada masyarakat yang disabilitas. ”Kita apreasiasi semua pihak yang memperjuangkan hak-hal disabilitas dimana dukungan dan kerjasama dari berbagai pihak diharapkan bisa mencapai misi kesetaraan,” tuturnya. (cr1)