SOLOK, METRO–Pertanian organik menjadi perhatian Pemerintah Daerah Kabupaten Solok. Sistim pertanian ini dinilai menjadi pilihan masa depan. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Kenedy Hamzah, mengatakan sebagai daerah sentra pertanian di Sumatera Barat, Kabupaten Solok harus terus melakukan pengembangan pertanian salah satunya pertanian organik, yang juga merupakan salah satu program unggulan.
Ia menyebut, untuk mengarahkan petani ke pola tanam organik tidak bisa langsung menyeluruh. Tapi harus dimulai dengan kelompok tani percontohan.
Kabupaten Solok saat ini sudah memiliki beberapa kelompok tani yang memakai pupuk organik dalam bertani, salah satunya Keltan Bukik Gompong Sejahtera ini.
“Yang dikembangkan baru padi organik, sayur organik dan teh organik, serta ada juga kelompok tani yang mengusung pemakaian pestisida nabati,” katanya.
Pertanian organik tersebut, punya prospek ekonomi yang menjanjikan karena ada perbedaan harga. Apalagi jika biaya pemenuhan pupuk organik bisa dipangkas melalui pembuatan pupuk sendiri memanfaatkan limbah-limbah yang ada di sekitar.
Kenedy menyebut, tentu ada tantangan teknis dalam penerapan pola tanam organik. Terutama pengetahuan petani yang masih minim terkait pola organik. Selain itu, tantangan berikutnya menurutnya adalah masalah pola pikir petani yang terlanjur bergantung pada penggunaan pupuk kimia.
Menurutnya, hal tersebut terjadi karena petani terlalu takut hasil produksi padi berkurang, penggunaan pupuk organik dikhawatirkan sulit untuk membantu proses penanaman padi.
Maka itu, kegiatan berupa studi-studi atau percobaan pada demplot-demplot petani sangat perlu dilakukan, serta meningkatkan sumberdaya petani yang memadai tentang sistem teknologi pertanian organik.
Penyuluh pertanian sebagai pembina terdekat dengan lokasi kelompok tani akan selalu kita bekali dengan bidang ilmu pengetahuan pertanian organik,” tambahnya.
Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan sangat berdampak buruk bagi lingkungan seperti tanah mengeras, peningkatan hama mikroorganisme pengganggu tanaman, resistensi hama tanaman, menjadi bahan alami residu, punahnya mikroorganisme alami pembasmi hama, terancam putusnya mata rantai makanan, hingga kepunahan beberapa satwa hidup. (vko)