SOLOK, METRO–Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) yang menjadi sasaran Desa/Kelurahan yang memenuhi kriteria lokasi kegiatan Sanimas. Salah satunya angka stunting tinggi, belum bebas praktik buang air besar sembarangan (BABS) atau belum ODF (open defecation free), MBR dan pelayanan minimal 35 KK /175 jiwa).
Kegiatan menjadi pemberdayaan masyarakat yang bersifat produktif berdasarkan pemanfaatan sumber daya alam, tenaga kerja, dan teknologi lokal dalam rangka peningkatan layanan sanitasi di lingkungan masyarakat. Latar belakang adanya program Sanimas adalah kondisi sanitasi masyarakat khususnya masyarakat berpenghasilan rendah yang belum memadai.
Diperkirakan 200-400 kejadian diare dari 1000 penduduk setiap tahunnya, dan angka stunting pada tahun 2019 mencapai 27,7 persen (SSGBI 2019) serta pemenuhan 90 persen akses sanitasi layak, termasuk 15 persen akses sanitasi aman dan 0 persen BABs (RPJMN 2019 – 2024).
Selaku Fasilitator Bagian Pemberdayaan Dinas PUPR Provinsi Sumatera Barat, Hari mengatakan mendukung keberlanjutan program Sanimas kabupaten/Kota di Kantor Kelurahan Koto Panjang, Kota Solok.
Kegiatan Sanimas lanjutnya merupakan salah satu upaya pemenuhan akses sanitasi layak dan mendukung penurunan angka stunting serta kejadian diare. Berikutnya menciptakan lapangan kerja sementara yang dapat memberikan tambahan pendapatan bagi warga setempat, serta meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam perluasan akses sanitasi dan pembinaan pengelolaan sarana dan prasarana sanitasi yang berkelanjutan.
Selanjutnya, kriteria penerima manfaat adalah keluarga berpenghasilan rendah yang memiliki ibu hamil, memiliki bayi di bawah usia dua tahun (Baduta), memiliki anak stunting, memiliki anggota keluarga yang berkebutuhan khusus (Difabel), keluarga yang masih melakukan BABS dan tidak mempunyai akses sanitasi, seluruh penerima manfaat harus bersedia melakukan pemeliharaan prasarana terbangun serta mempunyai sarana air.
Adapun target RPJMN 2020-2024 mengamanatkan 90 persen akses sanitasi layak, termasuk 15 persen akses sanitasi aman serta 0 persen BABS. Untuk menunjang pencapaian target tersebut dibutuhkan akses penduduk terhadap prasarana dan sarana air limbah domestik berkaitan dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan sosial budaya serta kemiskinan.
“Oleh karena itu, solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah domestik diutamakan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dan rawan sanitasi adalah dengan kegiatan Sanimas,” kata Hari.
Menurutnya, dengan tersedianya sarana air limbah domestik serta adanya pemahaman tentang perilaku hidup bersih dan sehat maka semakin kecil kasus penyakit terkait sanitasi buruk, kasus penyebaran penyakit, dan mendukung penurunan angka stunting.
“Solusi dalam penyediaan sarana air limbah domestik yang layak khususnya bagi MBR di lingkungan desa/kelurahan melalui pelaksanaan program Sanimas,” sebutnya.
Untuk pencapaian program di Kelurahan Koto Panjang maka tim penilaian dan survey telah melakukan pendataan terhadap 35 KK dari 20 unit rumah masyarakat Kelurahan Koto Panjang yang berpotensi mendapatkan program sanitasi ini. (vko)