SIJUNJUNG, METRO–Pasca terbit dan beredarnya buku pembelajaran di sekolah yang berjudul Indahnya Keragaman Negeriku untuk SD/MI kelas IV di Kabupaten Sijunjung menuai kontroversi. Pemkab Sijunjung pun langsung tanggap dengan melakukan penarikan buku tersebut dari sekolah-sekolah.
Bupati Sijunjung Benny Dwifa melalui Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) , Usman Gumanti menginstruksikan, agar buku yang telah beredar pada sembilan sekolah dasar di Kabupaten Sijunjung itu untuk segera ditarik kembali.
“Sesuai instruksi bupati buku dengan judul Indahnya Keragaman Negeriku yang diterbitkan CV.Arya Duta ditarik kembali. Selanjutnya kita juga akan mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti, termasuk menyurati penerbit,” tutur Kadisdik Usman Gumanti, Minggu (6/2).
Dijelaskannya, buku tersebut ditujukan untuk siswa sekolah dasar kelas IV, diperkirakan ada sekitar 250 eksemplar yang telah beredar di Kabupaten Sijunjung. “Buku itu dipakai dalam pembelajaran tema 7 bagi siswa kelas IV. Kita sebelumnya tidak mengetahui isinya secara detail, namun setelah informasi beredar kita langsung ambil tindakan,” jelas Usman.
Selanjutnya, Pemkab Sijunjung bersama Tim Kewaspadaan Dini Pemerintah Daerah (TKDPD) yang terdiri dari Kasat Intel Polres Sijunjung, Pasi Intel Kodim 0310/SS, Kasi Intel Kejaksaan, Kesbangpol akan duduk bersama MUI Sijunjung dan LKAAM Sijunjung untuk membahas persoalan tersebut.
“Selain instruksi penarikan buku, bupati juga meminta agar ini dirapatkan bersama TKDPD, MUI dan LKAAM. Selanjutnya menentukan langkah-langkah yang akan kita ambil,” ujarnya.
Buku dengan judul Indahnya Keragaman Negeriku tersebut menuai kontroversi dikarenakan dalam buku tersebut mencontohkan ragam agama yang ada di Indonesia, namun dalam buku itu mengatakan bahwa peran agama Katolik berasal dari suku Minangkabau atas nama Kristin.
Hal itupun dengan cepat menyebar di media sosial dan grup Whatsapp. Masyarakat mempertanyakan isi perumpamaan kisah yang diceritakan dalam buku tersebut dan membantah bahwa suku Minangkabau bukanlah beragama Katolik. Selain itu masyarakat meminta agar peredaran buku tersebut ditarik, karena memberikan contoh dan perumpamaan yang kurang sesuai dengan karakter daerah. (ndo)