SAWAHLUNTO, METRO–Limbah fly ash PLTU Ombilin dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan batako oleh BUMDes Karya Muda Mandiri dan CV Bangun Nusantara Raya (CV. BNR). Secara total untuk memproduksi sekitar 3.000 pcs batako perhari membutuhkan fly ash sebanyak 50 ton perminggu.
PLTU Ombilin kembali memberikan dampak positif bagi daerah. Kolaborasi dengan BUMDes Karya Muda Mandiri dan CV Bangun Nusantara Raya (CV. BNR) selaku UMKM sekitar mampu memproduksi batako dengan memanfaatkan limbah fly ash yang dihasilkan oleh PLTU Ombilin.
Kerja sama tersebut merupakan upaya PLN untuk menjadikan limbah menjadi nilai tambah yang memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar. Salah satunya adalah batako yang diproduksi oleh BUMDes Karya Muda Mandiri dan CV. BNR.
Dengan komposisi semen sebanyak 20 persen, fly ash 15 persen dan pasir 65 persen, BUMDes Karya Muda Mandiri mampu memproduksi sebanyak 100-200 Pcs perhari dengan memanfaatkan fly ash sebanyak 5-10 ton perminggu.
Sedangkan produksi batako dari CV BNR mampu memproduksi sebanyak 2.000 – 3.000 pcs/hari dengan memanfaatkan fly ash 20-40 ton perminggu dengan komposisi semen sebanyak 20 persen, fly ash 30 persen dan pasir 50 persen.
Ketua BUMDes Karya Muda Mandiri I Made Safari Oktaria mengatakan, bahwa kualitas batako yang menggunakan fly ash sebagai bahan campurannya lebih diminati oleh konsumen karena lebih kokoh dari segi kekuatannya. Hal ini disebabkan oleh sifat pori-pori fly ash yang rapat.
Sejalan dengan BUMDes Karya Muda Mandiri, Pimpinan CV BNR Aditya mengatakan, bahwa batako hasil produksi setelah menggunakan fly ash dapat mengurangi penggunaan semen dalam proses produksi. Sebelum menggunakan fly ash, proses produksi batako menggunakan dolomit /kapur dalam campurannya sehingga membutuhkan semen dalam jumlah banyak. Namun setelah menggunakan fly ash, proses produksi batako tidak lagi menggunakan dolomit/kapur sehingga dapat mengurangi pemakaian semen.
Hingga saat ini, PLN menyediakan fly ash dari lokasi PLTU Ombilin secara cuma-cuma untuk UMKM sedangkan pengangkutan dan biaya produksi ditanggung oleh UMKM yang memanfaatkan, sehingga zero cost bagi PLN. (pin)