POLIKO, METRO – Ribut-ribut masalah LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transeksual) belakangan mengemuka di Kota Payakumbuh, utamanya di media sosial (Medsos). Bahkan, orang nomor satu di Kota Payakumbuh, Walikota Riza Falepi turut berkomentar terkait persoalan ini di akun facebook resmi miliknya, Riza Falepi. Walikota menanggapi postingan salah seorang netizen yang menyorot keberadaan Bencong Bunian yang kembali beroperasi di Kota Payakumbuh.
Dikatakan Walikota, terkait keberadaan Bencong Bunian tersebut, pihaknya sudah sering mengadakan Razia melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Pol PP) akan tetapi, upaya itu tidak serta merta mampu menghilangkan prilaku menyimpang tersebut.
“Kita akan menyikapi persoalan ini dengan sebaik-baiknya, dalam waktu dekat kita akan menghimpun seluruh elemen masyarakat Payakumbuh untuk membuat aksi nyata mencegah berkembangnya LGBT di Payakumbuh, salah satunya melalui Deklarasi Bersama Anti LGBT, In Shaa Allah dalam waktu dekat,” ungkap Riza Falepi saat dihubungi Kamis, (18/10).
Rencana ini mendapat dukungan dari Pimpinan Daerah Muhammadiyah Payakumbuh, Asril Syamsu. Ditemui diruang kerjanya, Lt. 1 Masjid Ansharullah, Asril mengaku mendukung penuh rencana Walikota Payakumbuh tersebut. Menurutnya, Selain dilarang agama, aktivitas LGBT juga bertentangan dengan adat istiadat Minangkabau.
“Kami sangat mendukung langkah Walikota Payakumbuh tersebut, tentu selaku organisasi agama kami akan berperan di bidang kami, utamanya memberi penyadaran kepada ummat melalui mimbar-mimbar pengajian para mubaligh Muhammadiyah,” ujar Asril sembari menekankan adanya gerakan bersama untuk menentang LGBT ini.
Senada, Penasehat Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Payakumbuh, Dr. H. Henny Yusnita saat ditemui dikediamannya juga menyatakan sangat mendukung dengan diadakannya deklarasi anti LGBT. Menurutnya, LGBT adalah suatu masalah sosial yang semakin hari semakin banyak dan mengancam eksistensi generasi muda Indonesia.
“Kita sangat khawatir anak-anak muda kita terjangkit berbagai macam penyakit seperti HIV AIDS karena terjerumus LGBT. Kita harus tanggulangi masalah ini secara persuasif, tingkatkan pengawasan kita dan jangan memberikan ruang gerak pelaku LGBT untuk memperlihatkan eksistensinya dilingkungan kita masing-masing,” ujar Henny.
Sementara Ketua OSIS SMAN 2 Payakumbuh, M.Rabil Septinas (17) saat ditemui disela sela istirahat belajar berpendapat, deklarasi penolakan LGBT itu sangat bagus dan sangat diharapkan karena LGBT adalah penyakit yang dapat merusak dan menghancurkan generasi bangsa.
“Kalau tidak ada tindakan dari pemerintah, bukan tidak mungkin penyakit ini akan makin marak dan terus menyebar. Mewakili pelajar kami berharap pemerintah daerah bersikap keras melarang seluruh aktifitas LGBT, termasuk membubarkan keberadaan lembaga mereka,” pungkas Rabil. (us)
Komentar