“Suaranya seperti ledakan besar. Getarannya sampai membuat pintu dan jendela bergetar keras. Kami masih trauma dengan erupsi tahun lalu,” ujar Rizal.
Erupsi kali ini juga mengingatkan warga akan bencana banjir lahar dingin yang terjadi pada Mei 2024. Rizal berharap letusan tidak menimbulkan dampak serius, mengingat warga masih memulihkan diri dari trauma bencana sebelumnya.
Menurut laporan Pos Pengamatan Gunungapi (PGA) Marapi, erupsi kali ini tidak menghasilkan kolom abu vulkanik yang terlihat secara visual. Namun, aktivitas terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum mencapai 30,3 mm dan durasi selama 46 detik.
Gunung Marapi yang dikenal sebagai salah satu gunung api aktif di Sumatera Barat, terus dipantau secara ketat oleh pihak berwenang.
“Kami mengimbau warga tetap waspada dan mematuhi arahan petugas terkait potensi erupsi susulan,” ujar petugas PGA Marapi. (pry)
Komentar