AGAM, METRO–Setiap daerah mempunyai cara masing-masing dan tradisi terendiri dalam penyelenggaraan penyembelihan hewan kurban. Seperti tradisi yang dilakukan masyarakat di Silayang, Jorong IV Parik Parik Panjang, Nagari Lubukbasung, Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam.
Hewan kurban sebelum disembelih, terlebih dahulu didandani lalu diarak masyarakat ke lokasi penyembelihan dengan menjujung jamba. Adapun yang menjadi isi jamba yang dibawa oleh peserta kurban antara lain, nasi kuning, lepat inti, bedak lengkap dengan cermin, sisir, kain dan wewangian.
Sampai di lokasi penyembelihan, hewan kurban seperti sapi dan kambing diberi makan, didandani dan dipasangkan kain putih sebagai pakaian. Perlakuan yang demikian terhadap hewan kurban yang disembelih sebagai pemaknaan dari bentuk kasih sayang Nabi Ibrahim kepada anaknya Nabi Ismail.
“Karena itu anak satu- satunya, tentu kasih sayang ibu dan bapak tercurah kepadanya. Untuk itulah diberi kasih sayang, dengan cara diberi pakaian, diberi bedak dan disisir,” ujar Anto Dt. Basa salah seorang tokoh masyarakat usai prosesi penyembelihan, Selasa (20/7).
Anto Dt. Basa ninik mamak Silayang inimengatakan, tradisi tersebut sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam, yang hingga kini terus dipertahankan.
Dikatakan, hewan qurban seperti sapi dan kambing didandani langsung oleh peserta qurban. Hal tersebut bermaksud untuk menunjukan kesabaran, keikhlasan dan pengorbanan, agar hewan yang dikurbankan menjadi bersih. “Tradisi ini tetap dipertahankan, untuk mengingat kasih sayang, kesabaran dan keikhlasan nabi,” tutur Anto Dt Basa.
Dikatakan, selesai pemotongan bagi yang berkurban disarankan melakukan shalat sunat dua rakaat. “Hal demikian sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rezeki sepanjang tahun,” jelas Anto Dt. Basa lagi.
Dalam tradisinya, setelah pemotongan hewan kurban kemudian dilakukan prosesi makan bersama. “Makan bersama menyiratkan bentuk kebersamaan yang terjalin di antara masyarakat,” ulasnya. (pry)