Persoalan ekonomi (rizki) sesungguhnya perkara mutlak yang telah Allah tetapkan bagi setiap manusia. Begitulah kalimat yang disampaikan pria kelahiran tahun 1965, Parak Jua, Kabupaten Padang Pariaman ini. Atas nama kemaslahatan umad, tak ada keraguan dalam dirinya ketika menyumbangkan atau menginfakkan hartanya. Banyak rumah warga tak mampuy yang dibedah, begitu juga renovasi masjid dan mushallah.
PDG. PARIAMAN – Nama pria paruh baya itu adalah Joenaidi alias Buyuang Banta. Seorang pengusaha warung nasi Ampera yang sukses menjalankan usahakanya di Duri, Provinsi Riau. Saat ini, ada tujuh unit warung nasi Ampera Buyuang yang dikelolanya.
Sebenarnya, sudah cukup lama POSMETRO ingin mewawancarai Buyuang Banta soal kedermawanannya yang cukup tersebut di tengah masyarakat. Namun selama ini dia belum mau bersedia karena takut disebut riya. Namun karena terus diminta, dia pun akhirnya mempertimbangkan dan mau diwawancara.
Buyuang Banta adalah seorang pengusaha yang sudah menginfakkan hartanya sekitar Rp3 miliar dalam empat tahun untuk kemaslahatan umat. Mulai dari bedah rumah hingga renovasi mushallah dan masjid.
Katanya, apa yang dilakukan itu merupakan bentuk wujud dari do’a yang pernah dia ucapkan saat menunaikan ibadah umrah beberapa waktu lalu. Buyuang Banta mengaku berdoa kepada Yang Kuasa, agar sisa umur yang ia miliki dapat ia gunakan untuk berbuat bagi kemaslahatan orang banyak, membantu, dan meringankan beban sesama.
Saat ini, ada lima rumah yang sedang dibedah, serta beberapa surau yang renovasinya sedang berjalan.
“ Jika dihitung dalam empat tahun ini, yang sudah selesai direnovasi sekitar empat rumah dan sepuluh surau/masjid. Alhamdulillah, dengan berinfak, saya tak merasa harta sayaberkuran, malah usaha saya bertambah maju karenanya,” kata Buyuang saat mengerjakan renovasi fasilitas toilet Masjid di Nagari Guguak, Kecamatan VII Koto, Kamis (28/11).
Bapak satu anak itu mengaku, di masa kecil, ia memang tak berkesempatan mengenyam pendidikan selayaknya anak-anak seumuran dirinya. Masalahnya, faktor ekonomi keluarga yang sulit, sehingga dia hanya sempat mengenyam bangku sekolah hingga kelas dua Sekolah Dasar (SD).
“Kelas dua itu pun kurang dari dua bulan saya ikuti. Tapi Alhmdulillah saya masih bisa baca tulis sekarang,” sebutnya bersyukur.
Setelah menikah dan memiliki satu anak, pada 2011 lalu, Buyuang Banta memutuskan mengadu nasib ke negeri orang. Duri pun menjadi tujuannya. Dengan bekal seadanya, ia memboyong anak istri ke Duri, dengan harapan dapat menjalankan usaha dan mambangkik batang taradam sehingga dapat hidup layak dan berkecukupan.
“Awal ke Duri itu saya pinjam mobil seorang teman berikut uang untuk beli minyaknya. Sebab, saat itu saya membawa modal barang berupa satu unit kompor gas, penanak nasi, dan satu unit lemari es. Tapi yang namanya lautan rantau itu harus dihadang. Saya berharap sukses di rantau orang agar bisa ikut membantu di kampung halaman.
Di tanah rantau, kata Buyuang Banta, ia pun diberi tumpangan oleh seorang temannya agar bisa membuka usaha. Tidak hanya tumpangan tempat, temannya saat itu juga meminjamkan modal agar ia bisa berjualan nasi ampera.
Seiring berjalan waktu, sebut Buyuang, berkat ketekunan dan kegigihan jua, usaha Ampera Buyuang yang ia rintis berkembang pesat. Jika awalnya hanya menumpang dengan modal seadanya, maka akhirnya Buyuang berhasil memiliki warung sendiri. Awalnya hanya satu warung, dan terus berkembang hingga menjadi tujuh warung saat ini, yang tersebar di beberapa kawasan di Duri.
“Alhamdulillah saat ini sudah ada 60 orang karyawan yang bekerja dengan saya. Pengelolaan warung juga saya percayakan kepada beberapa di antara mereka untuk menjadi ketuanya,” katanya lagi.
Saat ini, Buyuang Banta mengaku lebih banyak mengabiskan waktu di kampung halamannya, Padang Pariaman. Waktu di kampung saat ini ia gunakan untuk berderma, melalukan dan memberikan apa yang bisa ia lakukan dan berikan untuk sesama.
“Saya bukan orang kaya, setelah saya bayarkan gaji anak buah saya, sisanya saya kumpulkan untuk infak. Menurut saya berinfak itu tidak harus menunggu kita kaya dulu. Jangan menunggu dulu, termasuk jangan menunggu kita ada kepentingan dulu kepada masyarakat, baru kita membantu,” ucapnya menutup.(ROZI)