SEBANYAK 17 anak muda berusia bawah 30 tahun asal Indonesia dianggap sebagai pemimpin muda yang menjanjikan, entrepreneur andal, dan game changer di wilayah Asia versi Forbes. Sedangkan 1 dari 17 pemuda tersebut, adalah putra Minang. Namanya M Alfatih Timur (24).
SD pemuda ini di Painan, SMP di Lubuk Basung, dan SMA di Padang. Ia lahir di Bukittinggi pada1991, dan kampung di Payakumbuh. Dia dinilai sebagai pemuda terbaik Asia tersebut karena berhasil sebagai pendiri situs terkemuka, kitabisa.com.
“Saya kenal dengan sebagian dari mereka, dan saya yakin pilihan itu pilihan terbaik, saya bangga sekali,” kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf saat, Jumat (26/2).
Sebelumnya, 17 anak muda Indonesia masuk dalam daftar pemuda potensial di Asia versi Forbes. Mereka dianggap sukses di bidangnya masing-masing dalam usia di bawah 30 tahun. Di antara 17 nama itu, ada Joey Alexander yang termuda dan baru-baru ini masuk dalam dua nominasi Grammy Award.
Kendati begitu, ia menilai, potensi ke-17 anak muda tersebut belum sepenuhnya keluar dan masih banyak yang bisa dikembangkan. “Saya yakin dengan potensi mereka yang belum dikeluarkan, mereka bisa jauh lebih baik,” ungkapnya.
Triawan menambahkan, dari beberapa anak muda itu merupakan pelaku ekonomi kreatif yang berada di salah satu subsektor Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Bekraf akan terus mendukung agar anak muda tersebut terus mengembangkan potensinya yang dinilai masih sangat menjanjikan.
Ia menyebut, pada dasarnya masih banyak anak-anak muda Indonesia yang memiliki potensi hebat. Ia menuturkan, selain anak muda di bawah usia 30 tahun, Indonesia memiliki anak muda dengan potensi yang tidak kalah hebatnya pada rentang usia belasan hingga 25 tahun.
“Saya semakin optimistis asalkan tidak dipersempit oleh paham-paham radikal, kita akan menjadi sebuah negara yang maju. Mereka anak-anak luar biasa,” ujarnya.
Kehebatan anak muda ini, katanya, mampu beradaptasi dengan cepatnya perubahan yang terjadi saat ini. Hal ini sangat berdampak baik mengingat di era digital saat ini banyak hal yang tidak bisa diprediksi.
“Mereka sangat bisa beradaptasi, mereka adalah suku asli dari era digital ini sehingga pergerakan cepat mereka sudah bisa atasi, beda dengan genetasi saya yang terkaget-kaget dengan perubahan yang begitu cepat,” ungkapnya.
Karena itu, ia tidak khawatir dengan dinamisnya perubahan yang terjadi akan menghambat potensi anak muda tersebut. “Mereka orang-orang yang nggak bisa diam, nggak bisa tidur, dan nggak bisa berada di zona nyaman.
Mereka terbiasa tertantang dengan faktor eksternal di sekelilingnya. Mereka akan jadi pemimpin dalam bidangnya masing-masing,” ujarnya. (da/*)
Komentar