DHARMASRAYA, METRO – Kehadiran Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia (KSP RI) Moeldoko di Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat tak hanya sekadar menghadiri upacara peringatan hari sumpah pemuda pada, Senin (28/10).
Berbagai agenda diikutinya di daerah yang dipimpin oleh seorang Bupati yang bernama Sutan Riska tersebut. Satu di antaranya mengikuti pembukaan ikan larangan di Kampuang Surau, Nagari Gunung Salasih, Kecamatan Pulau Punjung, Kabupaten Dharmasraya, Provinsi Sumbar.
Seusai upacara, rombongan bersiap-siap menuju lokasi tersebut. Menempuh jarak kurang lebih satu setengah jam dari Kantor Bupati Dharmasraya ke lokasi pembukaan ikan larangan. Sesampai di Kampuang Surau, rombongan harus terhenti karena medan jalan yang licin.
Jalan tanah di perkebunan sawit warga menjadi becek karena diguyuri hujan. Moeldoko dan pejabat lainnya pindah mobil, dari sebelumnya menaiki mobil dinas ke mobil yang dapat menempuh jalan licin tersebut.
Sebagian rombongan lainnya harus menempuh dengan berjalan kaki sekitar satu kilo meter (1 Km). Sesampai di lokasi ikan larangan, Moeldoko mengungkapkan dirinya merasa lagi bernostalgia.
“Saya merasa kondisi seperti ini sama dengan masa kecil saya dulu, hidup di kampung yang jauh dari pusat kota,” ujar Moeldoko.
Senyum terpancar dari wajah Moeldoko, dia mengapresiasi semangat warga yang berbondong-bondong ke sana. Tokoh masyarakat setempat Datuak Kali Mandaro mengatakan ikan larangan di Kampuang Surau hanya dibuka sekali setahun saja.
Sejauh ini menurutnya, untuk dinikmati masyarakat berbagai jenis ikan alam yang ada di aliran sungai.
“Di sini ikannya ikan alam, tidak kita lepaskan, jadi kalau kita buka itu memang untuk warga saja, tidak kita komersilkan,” jelasnya.
Dijadikannya aliran sungai di KampuangSurau sebagai lokasi ikan larangan, maka masyarakat berharap sungai terjaga dari pencemaran lingkungan. Datuak Kali Mandaro sebut di tengah masyarakat dipercayai bahwa siapa yang mengambil ikan tidak pada waktunya akan mendatangkan musibah bagi diri yang bersangkutan.
”Sebenarnya itu penakut saja, namun karena itu tidak ada warga yang berani mengambil ikan pada hari-hari biasa,” paparnya.
Ketika sudah dibuka, masyarakat setempat dapat menangkap ikan dengan berbagai jenis alat tangkap, seperti pancing, jala, dan lainnya.
”Kita makan di sini bersama-sama, ada yang membawa bumbu masing-masing. Selain untuk menjaga sungai dari pencemaran lingkungan, acara tersebut juga berguna untuk meningkatkan rasa kebersamaan masyarakat Kampuang Surau. “Jenis ikannya gariang, soma, baghuang, belido,” sebutnya. (ade)
Komentar