Ilustrasi Macet
TANAHDATAR, METRO–Kemacetan arus lalu lintas Padang-Bukittinggi di Pasar Koto Baru Kecamatan X Koto, Tanahdatar semakin menjadi-jadi. Sementara itu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengatasi kemacetan akut ini tak pernah terealisasi.
Wali Nagari Koto Baru Mukhlis, Senin (15/2) menyebutkan, untuk mengantisipasi kemacetan ini dibutuhkan surat dari bupati kepada instansi terkait. Karena kemacetan ini diakibatkan pedagang menumpukan barang dagangannya di tepi jalan raya.
”Akibatnya arus lalu lintas menjadi mandek, sementara itu Sentra Terminal Agrobisnis (STA) yang bisa menjadi solusi mengurangi kemacetan tersebut belum juga berfungsi. Padahal, terminal tersebut sudah di bangun sejak tahun 2000,” sebut Mukhlis, kemarin.
Dikatakan Mukhlis, kejelasan dari Pemkab Tanahdatar dan provinsi atas bangunan STA tersebut belum juga ada sampai saat ini. Padahal kontrak tanah STA tersebut hanya 25 tahun, tentu sangat disayangkan apabila tidak difungsikan sama sekali. “Kita mengharapkan pemerintah untuk secepatnya mencarikan solusi atas kemacetan jalan Nasional ini,” harapnya.
Sementara masyarakat Nagari Pandai Sikek, Kecamatan X Koto, kecewa. Solusi yang dirawarkan pemerintah untuk mengatasi kemacetan akut di Pasar Koto Baru tak pernah terealisasi. Akibatnya, jalan yang membentang di nagari itu menjadi jalur alternatif. Setiap Senin dan hari-hari libur nasional, ada ribuan kendaraan yang melewati nagari itu. Kini, jalan kabupaten itu telah banyak rusak di beberapa titik terancam terban.
”Beberapa hari yang lalu, badan jalan di Tanjuang, beberapa meter menjelang kantor walinagari Pandai Sikek, terban. Akibatnya tak bisa lagi dilewati kendaraan roda empat. Kami terpaksa menutup arus kendaraan yang melewati arus jalur alternatif itu,” ujar Walijorong Zulhendri Dt Sampono Intan.
Dikatakan, berdasarkan kesepakatan pemuda dan masyarakat setempat, ruas jalan alternatif yang menghubungkan Bukittinggi dengan Padangpanjang itu ditutup, Senin dan hari libur nasional. Selain kondisinya sudah berbahaya, diharapkan pemerintah mau memikirkan secara serius persoalan kemacetan di Kotobaru itu.
Zulhendri menjelaskan, kondisi jalan kabupaten yang melintasi Nagari Pandai Sikek dan dijadikan jalur alternatif menghindari Kemacetan Koto Baru sudah berbahaya untuk dilalui kendaraan roda empat. Pemerintah daerah, harus berani bersikap cepat dan tepat untuk memperbaikinya.
Di dalam Nagari Pandai Sikek, jalur alternaif itu membentang di Jorong Kototinggi hingga Pasar Amur sepanjang 2.250 meter dan dari Baruah ke Tanjuang sepanjang 1.000 meter. Di wilayah Koto Tinggi, badan jalan sudah terasa sempit. Di beberapa titik tanjakan berbahaya, kondisinya telah banyak yang terban.
Sementara itu, tanjakan tajam di kawasan Baruah dan Tanjuang, kini badan jalannya yang mengalami kerusakan. Sehingga sulit dilewati kendaraan roda empat. Bila kondisin itu dibiarkan, maka akan banyak kendaraan yang mengalami kecelakaan dan terjun ke jurang.
”Bila kondisi demikian terus dibiarkan, maka kecelakaan akan banyak terjadi. Kami tak ingin hal demikian terjadi. Lantaran itulah, masyarakat bersama pemuda sepakat, setiap Senin dan libur nasional di mana ada ribuan kendaraan yang lewat nagari ini menghindari macet Kotobaru, jalan akternatif ini ditutup,” ucap wali jorong.
Untuk pembangunan jalan alternatif yang membentang di Nagari Pandaisikek, masyarakat setempat sudah lelah dengan janji-janji pemerintah. Sayangnya, hingga kini solusi-solusi yang disepakati tak pernah direalisasikan. Dahulu, warga Pandai Sikek sepakat untuk menyerahkan tanah mereka bagi kepentingan perluasan jalan raya sebagai jalur alternatif, tetapi pemerintah daerah tidak pernah meresponnya dengan baik. Lalu diajukan pula permohonan perbaikan badan jalan yang sempit, penuh tanjakan dan terletak di bibir jurang, tetapi tidak pernah juga diprogramkan dan diwujudkan. (n)
Komentar