PADANG , METRO–Sejatinya pasar ternak yang telah berjalan sekitar 2 tahun dan rumah potong hewan (RPH) nya baru diresmikan Pemko Padang pada akhir 2015 lalu di Kelurahan Aie Pacah, Kecamatan Koto Tangah adalah Rumah Potong Hewan (RPH) terbesar di Sumbar dengan luas 3,8 hektare dan bangunan 20×40 meter. Namun begitu, pasar ternak ini terlihat ‘mati suri’, begitulah kata yang cocok untuk menggambarkan kondisinya.
Dari pantauan koran ini di lokasi, Selasa (16/2), pasar ternak itu terlihat sangat sepi. Hanya diisi oleh 4 orang toke sapi dan itupun warga yang berdomisili di sekitar RPH dengan jumlah ternak jika digabungkan sekitar 50 ekor. Saat ditanyai, Suhemi (40) selaku toke dan pengurus RPH enggan untuk membahas rincian untung-rugi sebagai pedagang sapi, namun ia menuturkan dana modal yang terbenam mencapai ratusan juta. “Kalau untung-rugi susah hitungnya. Dana yang terbenam sampai ratusan juta,” tuturnya.
Ia mengatakan, saat RPH didirikan, sempat ratusan ternak sapi dan kambing dari beberapa toke diperdagangkan di RPH ini. Namun seiring waktu, para tokepun menarik kembali ternak-ternaknya dari RPH Aie Pacah karena sangat sepi hingga mengalami kerugian. Saat ini RPH Aie Pacah hanya ramai waktu Lebaran Haji saja. Menurutnya, ini disebabkan kurangnya upaya pemerintah untuk mensosialisasikan pasar ternak baru ini, sedangkan untuk dikenalnya pasar oleh masyarakat butuh proses dan waktu yang cukup lama.
“Baru berdiri, pasar ini sangat ramai. Tapi sekarang cuma Lebaran Haji yang ramai. Sekarang lumayan ada kami empat tokek, sebelum ini cuma kandang yang ada isinya kosong,” tambahnya.
Berbeda dengan Buyuang salah seorang tokek sapi Aie Pacah membantah faktor lokasi sebagai sebab matinya RPH Aia Pacah. Menurutnya Menurutnya, akses lokasi RPH bagus dan area tersebut memiliki tanah yang keras, sehingga tidak berlumpur di kala hujan. Selain itu, Buyuang mengaku pihak Dinas Peternakan juga tidak pernah melakukan pengecekan ke lokasi setelah RPH didirikan.
“Sebenarnya lokasi bagus di sini karena terhindar dari macet. Dan tidak lumpur. Masuk tronton pun tidak akan terpuruk. Menteri, walikota tidak pernah ke sini, kecuali pernah ngecek itu waktu baru berdiri saja,” katanya.