Galeri Minang Kayo di Padangpanjang, Produk Kulit Diminati Wisatawan Mancanegara

PDG.PANJANG, METRO – Sentra Galeri Minang Kayo, merupakan salah satu galeri yang memproduksi berbagai kerajinan olahan berbahan kulit di Kota Padangpanjang.
Galeri Minang Kayo yang terletak hanya sekitar 100 meter dari jalan lintas Sumatera, Padang-Padangpanjang itu, menghadirkan berbagai produk berkualitas berbahan kulit. Mulai dari sepatu, sandal, jaket, topi, dan banyak lagi lainnya.
Meski lokasi galerinya berada di sebuah gang dari pinggir jalan utama, namun, Galeri Minang Kayo ini, cukup terkenal, hingga ke mancanegara.
Wisatawan dari Malaysia dan Singapura jika berkunjung ke Kota Padangpanjang, pasti singgah ke galeri yang dirikan oleh Masroni ini.
“Pemesan banyak dari wisatawan Malaysia dan Singapura yang berkunjung melalui tour travel, saat liburan,” ujar pria asal Kerinci ini, saat menerima kunjungan rombongan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumbar, kemarin.
Masroni berkesempatan bercerita tentang sejarah dirinya mendirikan Galeri Minang Kayo. Sebelum mendirikan galeri ini, dirinya menjalankan usaha toko souvenir di kawasan Lembah Anai pada 2009 silam. Modal awalnya Rp1,5 juta.
Masroni membuka kedai berukuran dua meter kali enam meter untuk menjalankan usahanya. “Toko souvenir di Lembah Anai ini menjual cinderamata berbahan kulit untuk wisatawan. Toko souvenir saya itu bernama Kemal Kincai. Artinya Kerinci-Malang Kincai,” ujar Masroni.
Dirinya menjalankan usaha toko souvenir bukan tanpa alasan. Sebelumnya, Masroni bekerja sebagai sopir taksi di Kota Batam.
Di Kota Batam Masroni sering mendapatkan penumpang wisatawan. Dia tahu betul apa yang diinginkan wisatawan, mulai dari jalan-jalan ke objek wisata, sampai oleh-oleh yang khas. Karena itu, dirinya membuka toko souvenir, karena usaha itu sangat menjanjikan.
Sejak tahun 2012, Masroni sudah tertarik untuk pindah ke Kota Padangpanjang. Tahun 2016, Masroni akhirnya memberanikan diri pindah. Masroni menyadari Kota Padangpanjang memiliki potensi kulit yang cukup besar, karena di kota berjuluk Serambi Mekah itu ada sentra penyema kulit.
Dirinya lalu membeli tanah untuk mendirikan sentra pengolahan kulit dan sebagai tempat untuk galeri produk kerajinan kulit olahannya. Tahun 2017, akhirnya, galeri dan sentra pengolahan kulit Minang Kayo berdiri. “Dengan potensi ini, saya berpikir untuk mendirikan sentra pengolahan kulit di kota ini. Alhamdulillah, sudah beberapa bulan jalan sudah mulai eksis,” ujarnya.
Dalam menjalankan usahanya, awalnya Masroni memberikan nama galerinya sama dengan toko souvenir miliknya di Lembah Anai, yakni Kemal Kincai. Namun, nama tersebut mendapat kritikan dari Pemko Padangpanjang.
“Saya dipanggil oleh pihak Pemko Padangpanjang. Karena nama tersebut tidak memiliki nilai promosi. Saya berpikir dua hari untuk merubah nama tersebut. Akhirnya saya memutuskan memberi nama Minang Kayo,” ujarnya.
Diakuinya, dukungan Pemko Padangpanjang sangat besar terhadapnya dalam menjalankan usaha. Pemko Padangpanjang melalui Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Padangpanjang membantu menyediakan mesin produksi serta pembinaan dan pelatihan pengolahan kulit. Selain itu, juga ada dukungan promosi dengan mengikuti berbagai pameran.
“Tujuannya agar bagaimana masyarakat memakai produk kita,” ungkapnya.
Kerajinan yang dihasilkan Masroni berbahan kulit kambing dan sapi. Selain membeli produk kerajinan kulit di galerinya, wisatawan yang datang juga banyak yang memesan untuk membuat sepatu dan kerajinan lainnya. Untuk pemesanan ini, Masroni menyanggupi satu hari bisa menyelesaikan pesanan tersebut. Untuk memenuhinya, Masroni mempekerjakan tujuh orang yang bekerja membuat kerajinan kulit. Selain itu, untuk melayani pengunjung di galeri, Masroni juga memiliki delapan karyawan.
Untuk meningkatkan kualitas produknya, Masroni juga rajin mengikuti pelatihan-pelatihan melalui UPT. Sekarang, produk kerajinan berbahan kulit Minang Kayo kualitasnya sudah diakui secara nasional.
Ia menjelaskan, harga produk kerajinan di Galeri Minang Kayo juga tidak kalah bersaing dengan produk kulit merek ternama lainnya. Untuk produk sepatu saja misalnya, harganya Rp200 ribu hingga Rp1 jutaan.
Masroni mengungkapkan, dalam satu hari saja, produk sepatunya terjual 15 sampai 20 pasang. Sedangkan untuk produk tas, bisa laku lima tas per hari dan produk jaket laku 1-5 jaket per hari.
“Alhamdulillah, total omset per bulan sekarang bisa capai Rp300 juta,” ungkapnya.
Dalam produksinya, Masroni membutuhkan 1000 square feet kulit sapi dalam satu bulan. Di mana satu ekor sapi lokal itu dapat menghasilkan 12 square feet kulit.
“Dalam satu bulan dapat memenuhi 12000 square feet kulit,” ujarnya.
Meski telah sukses dengan galerinya, Masroni berkeinginan untuk pengembangan usahanya dengan menambah outlet di Kota Padang. Outlet nanti juga akan menjadi tempat produksi kerajinan kulit. Selain itu, dirinya juga berkeinginan melakukan ekspansi pengembangan usahanya. Masroni justru memilih membuka usaha kuliner. Menurutnya, usaha kuliner juga menjanjikan, karena ada hubungan dengan pariwisata.
Kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM Kota Padangpanjang, Arpan tidak memungkiri, pihaknya cukup banyak membantu mengembangkan usaha galeri Minang Kayo.
“Seperti mesin-mesin produksinya, kita bantu. Ini merupakan bentuk perhatian kita terhadap pengembangan IKM di Kota Padangpanjang,” terangnya. (fan)

Exit mobile version